Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
HARAPAN untuk bertahan hidup hampir hilang di benak ratusan ribu warga Nepal pascahantaman gempa bumi 25 April 2015 di Sindhupalchok dan Nuwakot, Kathmandu.
Rumah-rumah hancur, saluran air terputus, dan saluran komunikasi mati.
Pemerintah Nepal berupaya kembali membangun kehidupan dan ekonomi Nepal, begitu pun lembaga-lembaga yang bergiat di penanganan bencana.
Sebagian besar lembaga penanganan bencana alam membantu merekonstruksi baik mental maupun ekonomi korban bencana alam secara langsung.
Oxford Committee for Famine Relief (Oxfam), organisasi kemanusiaan asal Inggris yang bekerja di hampir 94 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, bergiat dalam penanganan bencana.
Direktur Oxfam Indonesia, Budi Kuncoro menyebut, ada tiga fokus dalam tiap penanganan bencana alam, yakni respons (merespons bencana sesegera mungkin), menjaga ketangguhan lokasi dan korban bencana, (resilient), serta advokasi untuk membantu pemerintah membuat regulasi terkait dengan bencana alam.
"Ini sudah jadi standar internasional. Kami berikan pendampingan, bukan hanya sesudah terjadi bencana, melainkan juga untuk antisipasi dan saat sedang terjadi," kata Budi kepada Media Indonesia pekan lalu.
Salah satu bentuk pendampingan Oxfam, lanjut Budi, ialah menanam pohon dan memperbaiki rumah di lokasi bencana.
Oxfam juga memberikan bibit padi di kawasan bencana alam yang warganya bergantung pada industri pertanian.
Tak selalu mudah, meski direspons baik, pemahaman tiap warga tentang program pendampingan kerap kali tak sama.
"Respons mereka senang karena bisa kembali mendapat pendapatan. Namun, terkadang pemahaman mereka tidak sama. Pelan-pelan dilatih. Kalau sudah paham baru bisa kami lepas untuk implementasi sendiri," tambah Budi.
Kontributor pascabencana
Saat Badai Pam menyerang Vanuatu, lebih dari 13 ribu rumah dan 180 ribu orang terkena dampak.
Oxfam Internasional kemudian mulai mendistribusikan air bersih, tempat pengungsian, dan perlengkapan kebersihan.
Bahkan, tim teknis Oxfam turut memperbaiki sumber air serta mendistribusikan bibit padi lewat kerja sama dengan Food and Agriculture Organization (FAO), badan PBB yang menangani masalah pangan dan pertanian.
Saat badai Winston menghantam Fiji, Oxfam turut andil dengan mengirim beberapa alat penyaring air kotor.
Pascagempa Nepal, Oxfam melatih warga, bahkan wanita, untuk membangun rumah mereka kembali dan mulai merehabilitasi saluran pasokan air di sekolah dan penduduk atas bukit.
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, organisasi kemanusiaan terbesar di dunia, juga salah satu kontributor bantuan pascabencana alam.
Organisasi itu telah memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban Badai Melor di Filipina yang merusak 98.371 rumah dan 19.900 orang dievakuasi.
Tak hanya bantuan fisik, Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah memberikan dukungan psikososial kepada 601 korban bencana.
Serupa, Caritas Internasional juga bergerak di bidang kemanusiaan, termasuk penanganan keadaan darurat pascabencana di beberapa negara.
Caritas yang dibangun komunitas gereja Katolik mengucurkan dana sebesar US$300 ribu untuk bantuan korban bencana Badai Koppu di Filipina.
Indonesia memiliki Surfaid dalam penanganan bencana alam.
Organisasi bantuan yang terletak di Kepulauan Mentawai itu memberikan bantuan mitigasi dan komunikasi, meliputi sosialisasi rute evakuasi, permukiman sementara, dan dapur umum bagi masyarakat Mentawai.
Meski tidak dikenal sebagai organisasi bantuan bencana, Surfaid telah merespons lima bencana alam di Indonesia, termasuk tsunami Aceh pada 2004.
Sementara itu, All Hands Volunteer, organisasi nonprofit yang berbasis di Amerika Serikat, juga sempat merespons bencana gempa Nepal dengan fokus merekonstruksi sekolah di Sindhupalchok.
Sebanyak 10.384 sukarelawan All Hands Volunteer terus memantau proses pembangunan meski telah lewat setahun bencana.
Penasihat, Manajemen Bencana, dan Sumber Air dari Japan International Cooperation Agency (JICA), Shigeki Ishigaki, menambahkan tidak hanya dibutuhkan langkah struktural dalam penanganan bencana alam, tapi juga bantuan nonstruktural, seperti instalasi sistem peringatan bencana, pembuatan peta risiko bencana, dan jalur evakuasi.
"Karena itu, JICA mengimplementasi proyek pembangunan kapasitas untuk BNPB dan BPBD (Indonesia) sebagai langkah nonstruktural dengan Kementerian Pekerjaan Umum," imbuh Ishigaki. (Aya/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved