Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
JERMAN tengah mempertimbangkan penundaan pemberian dosis kedua vaksin covid-19 dari BioNTech dan Pfizer agar semakin banyak masyarakat mendapat suntikan pertama di tengah kelangkaan pasokan. Sementara itu, Denmark telah menyetujui penundaan antara suntikan vaksin pertama dan kedua hingga enam minggu.
Di Berlin, kementerian kesehatan sedang mencari pandangan dari komisi vaksinasi independen tentang apakah akan menunda suntikan kedua di luar batas maksimum 42 hari.
Langkah itu dilakukan di tengah kritik terhadap Menteri Kesehatan Jens Spahn bahwa Jerman telah gagal mendapatkan cukup vaksin dan terlalu lambat untuk meningkatkan kampanye inokulasi nasionalnya.
Spahn mengatakan kepada Christian Democratic Union dalam pertemuan tertutup pada Senin (4/1) bahwa ia berharap untuk menawarkan vaksinasi pada musim panas ini kepada semua orang di Jerman.
Beberapa ahli kesehatan Jerman menyambut baik langkah Inggris untuk menunda pemberian dosis kedua suntikan BioNTech-Pfizer, karena pemerintah mencoba memberikan perlindungan terhadap virus korona kepada sebanyak mungkin warga dengan memberi mereka satu suntikan terlebih dahulu.
"Mengingat kelangkaan vaksin saat ini dan jumlah infeksi dan rawat inap yang sangat tinggi (di Jerman), strategi di mana sebanyak mungkin orang divaksinasi sedini mungkin lebih efektif," kata Kepala Tim Peneliti Vaksin di Rumah Sakit Charit Berlin Leif-Erik Sander.
Setelah meneliti data vaksin, Kepala Otoritas Kesehatan Denmark Soren Brostrom mengatakan pihaknya akan menunggu hingga enam minggu sebelum memberikan dosis kedua.
Hingga Senin, sebanyak 46.975 warga Denmark telah menerima suntikan Pfizer-BioNTech pertama yang sebagian besar adalah petugas kesehatan dan lansia.
Sementara interval yang lebih lama antarsuntikan belum diuji dalam uji klinis, beberapa ilmuwan mengatakan itu merupakan rencana yang masuk akal mengingat keadaan yang luar biasa. (Aiw/CNA/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved