Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Penandatanganan kesepakatan antara Uni Eropa dan Kuba untuk menormalkan hubungan keduanya, termasuk kesepakatan tentang isu HAM yang dianggap sensitif, menjadi terobosan bersejarah. Kesepakatan itu merupakan puncak proses negosiasi yang berjalan selama dua tahun.
Kesepakatan Uni Eropa-Kuba itu dicapai hanya beberapa hari sebelum PRESIDEN Amerika Serikat Barack Obama melakukan lawatan ke Havana.
Kunjungan Obama pada 20 Maret nanti itu merupakan yang pertama kalinya dilakukan Presiden AS sejak revolusi Kuba meletus pada 1959.
"Ini langkah bersejarah dalam hubungan kami," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, pada upacara penandatanganan di Havana, Jumat (11/3).
"Perjanjian ini menandai awal dari sebuah era baru dalam hubungan bilateral antara Uni Eropa dan Kuba," tambahnya sebelum mengadakan pertemuan dengan Fidel Castro.
Kuba sebelumnya merupakan satu-satunya negara di Amerika Latin yang tidak memiliki kesepakatan kerja sama internasional dengan Uni Eropa yang beranggotakan 28 negara saat ini.
Jika menengok sejarah, Uni Eropa pernah memberlakukan sanksi terhadap Kuba dan menangguhkan kerja sama dengan negara komunis itu pada 2003 karena adanya tindakan kekerasan terhadap wartawan dan aktivis.
Isu HAM itu menjadi sensitif karena Kuba selalu merasa dirinya diintervensi pihak luar dan Kuba sangat menentang hal tersebut.
"Kesepakatan ini tentu jua menandai akhir dari sikap resmi Kuba selama ini," kata Mogherini.
Parlemen Eropa masih harus meratifikasi kesepakatan itu supaya bisa berlaku.
Teks yang disebut kesepakatan 'dialog politik' belum dipublikasikan.
Kedua belah pihak mengatakan hal tersebut akan diatur berdasarkan 'rasa hormat, hubungan timbal-balik, dan kepentingan bersama'.
Uni Eropa mengatakan sedang mencari pendekatan yang lebih konstruktif untuk melibatkan Havana dan membujuk pemerintahan Castro untuk menandatangani serangkaian perjanjian hak asasi manusia internasional.
Menteri Luar Negeri Kuba, Bruno Rodriguez, mengatakan kesepakatan itu merupakan hasil dari 'proses dinamis yang bukan tanpa kerumitan'.
"Perjanjian ini adalah 'win-win solution," kata analis politik, Joaquin Roy, dari University of Miami.
"Kuba tentu saja mendapatkan kredibilitas dan untuk Uni Eropa sebuah kelegaan," katanya.
Uni Eropa dan Kuba memulai pembicaraan pemulihan hubungan pada April 2014 lalu. (AFP/Ths/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved