Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Simfoni Musik dari Barang-Barang tidak Terpakai

10/3/2016 01:20
Simfoni Musik dari Barang-Barang tidak Terpakai
(AFP/GLYN KIRK)

RAK kabinet yang dipukul dengan besi itu terdengar bising.

Belum lagi ditambah beberapa cones (segitiga yang biasa diletakan di jalan sebagai penanda lalu lintas) yang ditiup berbarengan.

Suaranya benar-benar gaduh. Kendati demikian, meski berisik, suara yang keluar tetap rancak dan harmonis.

Orkestrasi itu biasa dimainkan kelompok Lost and Found Orchestra asal Inggris.

Mereka kini sedang melakoni tur singkat ke Prancis dan Rusia.

"Instrumen-instrumen itu tak pernah berhenti," kata pendiri kelompok tersebut Luke Cresswell, seusai penampilannya di Paris, akhir pekan kemarin.

Menurut Creswell, awalnya penonton memang akan terganggu dengan suara bising yang mereka mainkan.

Namun, setelah konser berjalan beberapa saat, mereka akan bisa menikmatinya.

Lost and Found Orchestra awalnya didirikan para pekerja gudang di Brighton, sebelah tenggara Inggris.

Mereka kerap bereksperimen menggunakan instrumen musik dari barang-barang bekas, seperti furnitur, kontainer plastik, dan benda remeh-temeh lainnya.

Namun, keisengan yang bermula 25 tahun silam itu menjadi proyek serius.

Cresswell dan koleganya Steve McNicholas, mengelola orkestra ini menjadi kelompok seni terkenal.

Mereka beranggotakan sekitar 29 musikus ditambah sebuah paduan suara.

Berbeda dengan orkestra konvensional, para personel kelompok ini memainkan 'alat musik' mereka dengan cara dipukul, ditendang, digetarkan, hingga dilempar untuk menghasilan sebuah simfoni.

Kunci atau nyawa dari harmonisasi ini antara lain ialah sebuah gergaji, atau kadang sebuah mangkuk sup.

"Sangat melodik, itulah simfoni. Beberapa musikus klasik menyukainya," ujar Cresswell yang bersama kelompoknya mulai tur dunia sejak satu dekade lalu.

Sejauh ini, mereka telah melanglang buana ke Amsterdam (Belanda), Sydney (Australia), Paris (Prancis), dan negara lainnya.

McNicholas mengaku sangat terkesan bisa tampil di ibu kota Prancis ini, tempat di mana dia pernah jadi pengamen jalanan sekitar 30 tahun silam.

Kini, Nicholas dan rekan-rekannya tak lagi tampil di gudang pengap atau jalanan.

Mereka kini telah merambah gedung kesenian bergengsi seperti Sydney Opera House, London's Royal Festival Hall, Amsterdam's Carre Theatre, hingga Casino de Paris. (AFP/adiyanto/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya