Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
KEMENTRIAN Kesehatan, Pekerja, dan Kesejahteraan Jepang, Selasa (1/3), merilis hasil survey yang menunjukkan sepertiga pegawai wanita di Jepang mengalami pelecehan seksual di tempat bekerja. Sekitar dua pertiga dari wanita itu memilih untuk diam.
Survey dilakukan selama tiga minggu pada bulan September-Oktober tahun 2015. Survey dilakukan secara tertulis kepada 9.400 pegawai wanita di seluruh Jepang baik pegawai penuh waktu atau paruh waktu yang berusia 25-44 tahun. Sebanyak 10.000 pegawai wanita merespon.
Hasilnya, 30% dari total partisipan mengatakan pernah mengalami pelecehan seksual di tempat bekerja. Persentase itu meningkat menjadi 35% untuk pegawai yang bekerja penuh waktu.
Lebih dari setengah pegawai wanita mengalami kekerasan seksual mengeluhkan bahwa penampilan, usia dan fisik mereka dijadikan subjek obrolan, kebanyakan dilakukan oleh pegawai pria. 40% di antaranya mengatakan kerap disentuh secara fisik dengan cara yang tidak menyenangkan.
Survey menunjukkan bahwa 38% partisipan menjadi korban bahan pembicaraan atau ditanyai pertanyaan mengenai kehidupan seksual. Pada kasus yang lebih serius, beberapa dari mereka tanpa henti ditanya atau ditekan untuk melakukan hubungan seksual. Namun, lebih dari 63% memilih untuk diam.
Satu dari 10 wanita yang mengeluh kerap diperlakukan tidak adil jika berbicara atau diturunkan dari jabatan.
Banyak pegawai wanita Jepang juga melaporkan mengalami kekerasan seksual saat hamil. Seperempat wanita mengatakan pelecehan seksual dilakukan oleh supervisor yang bertugas.
Tahun lalu, kementerian kesehatan melaporkan hampir 50% pegawai wanita dipecat, diturunkan pangkatnya, mengalami perlakuan tidak adil dan pelecehan verbal.
Kajian ini juga menemukan mereka yang mengalami pelecehan seksual, hanya 10% yang memprotes ke pelaku kejahatan. Sementara, dua pertiga dari mereka menyebut tidak melakukan aksi apapun.
Hasil survey mengenai kekerasan pada pegawai wanita pertama kali dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, Pekerja dan Kesejahteraan Jepang setelah Perdana Menteri Shinzo Abe berjanji akan mendukung pekerja wanita untuk berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Jepang.
Dalam sejumlah pidatonya, Abe mendesak Jepang untuk meningkatkan apa yang disebut Abe ‘Womenomics’ dengan mendorong perusahaan-perusahaan Jepang seperti, Toyota, Panasonic dan All Nippon Airways untuk mengumumkan target pertumbuhan jumlah eksekutif wanita.
Saat ini, wanita yang bekerja di perusahaan hanya sekitar 8% atau 100 orang di perusahaan-perusahaan. Padahal, rata-rata dunia mencapai 22%, berdasarkan laporan Grant Thornton International Business 2015.
Di Jepang, wanita tercatat dibayar rendah, bekerja paruh waktu dan hanya ada beberapa orang eksekutif wanita dari 3.600 perusahaan.
Sejumlah ekonom berpendapat selama bertahun-tahun bahwa Jepang harus mendayakan perempuan terdidik dan pengangguran. Menurut para ekonom, ini akan membantu Jepang menghapus jarak para pekerja karena populasi Jepang kian berkurang dan menua.
Jepang menduduki peringkat 101 dari 145 di Global Gender Gap Indeks 2015, lebih rendah dari Suriname dan Azerbaijan, menurut World Economic Forum. (AFP/OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved