Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Hewan Punah 100 Tahun Sukses Dihidupkan Lagi

Andhika prasetyo
12/2/2016 20:43
Hewan Punah 100 Tahun Sukses Dihidupkan Lagi
(en.wikipedia.org)

MeENGHIDUPKAN hewan yang telah punah ternyata tidak hanya tersaji di film Jurassic Park saja. Para peneliti di Afrika Selatan berhasil membawa kembali salah satu spesies yang telah hilang dari peradaban lebih dari 100 tahun lalu, quagga.

Quagga merupakan kerabat zebra. Hampir serupa dengan saudaranya, Quagga memiliki strip hitam putih di tubuhnya.

Bedanya, belang-belang yang dimiliki hewan dari family Quidae itu hanya terdapat di bagian depan saja.

Quagga mengalami kepunahan pada abad 19. Populasi mereka dibantai habis oleh para pemburu Eropa yang bermukim di Benua Hitam. Adapun Quagga terakhir mati di Kebun Binatang Amsterdam pada 1883.

Setelah satu abad abstain dari kehidupan, hewan asli Benua Afrika itu memulai lembaran baru.

Semua ide gila berawal dari mendiang Reinhould Rau pada 30 tahun silam. Bermodal sample DNA quagga dari Museum Afrika Selatan, warga negara Jerman kelahiran Afrika Selatan itu memulai eksperimen yang disebut Proyek Quagga.

Setelah melalui lima generasi penelitian, dengan pembiakkan selektif dan bantuan DNA zebra yang hidup pada masa ini, para ilmuan serta konservasionis dapat menciptakan kembali spesies tersebut.

Eric Harley, profesor patologi kimia dari University of Cape Town yang terlibat dalam Proyek Quagga mengatakan upaya tersebut adalah langkah untuk memperbaiki kerusakan ekologi.

“Ini juga upaya untuk mendapatkan lagi representasi dari hewan karismatik yang dulu pernah ada di Afrika Selatan,” ujar Harley.

Untuk segala maksud dan tujuan, Harley menyebutkan, “proyek ini telah sukses sepenuhnya.”

Beberapa pihak memang menganggap Proyek Quagga adalah sebuah keberhasilan. Namun, tidak sedikit juga yang menolak eksperimen tersebut. Mereka menyebutkan menghidupkan kembali hewan yang telah punah adalah perlawanan terhadap takdir.

“Saya pikir ada kontroversi di balik program ini,” ujar Mike Gregor, yang juga terlibat dalam Proyek Quagga. “Tidak semua ilmuan akan setuju bahwa ini adalah hal yang baik.”

Langkah menghidupkan kembali Quagga, lanjut Gregor, hanyalah upaya untuk menutupi kesalahan manusia yang terjadi pada masa sebelumnya.

Menanggapi kritikan yang datang, Harley mengatakan proyek tersebut adalah hal yang aman. “Kami tidak melakukan rekayasa genetika. Kami tidak melakukan kloning, transfer embrio atau hal-hal lain seperti itu,” ucap Harley.

Harley juga mengatakan hadirnya Quagga baru di tanah Afrika tidak akan merusak eksosistem. "Kami ingin mereka berada terpisah dari populasi hewan lain."

Jika dilepas di dunia luar, Harley menjelaskan, Quagga akan bercampur dengan zebra. Hal tersebut akan menghapus hewan punah itu sekali lagi dari dunia. "Jika dikawinkan, karekter mereka akan kalah dari zebra masa ini," paparnya.

Untuk menenangkan para kritikus, proyek itu juga mengambil langkah lain dengan mengganti nama hewan eksperimennya. “Kami kini menyebutnya Rau-Quagga. Untuk membedakan dari leluhur mereka dan sebagai penghormatan terhadap Reinhould Rau,” tutur Harley. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Aries
Berita Lainnya