Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DUA pekan setelah membaptis Adriana, bayi berusia 3 bulan, di gereja Katolik, orangtua Adriana kembali memakaikan gaun putih pada si bayi. Kali ini untuk sakramen di hadapan Santa Muerte--berarti Santa Kematian.
Adriana digendong ibunya saat seorang pendeta perempuan, namanya Enriqueta Vargas, memercikkan air suci yang dicampur kelopak mawar ke wajah Adriana.
Ritual itu disaksikan sekitar 300 orang dan dilakukan di bawah patung Santa Muerte setinggi 22 meter yang sosoknya seperti kebanyakan gambaran grim reaper alias makhluk pencabut nyawa. Yakni sosok berjubah hitam dengan wajah tengkorak, memegang tongkat panjang dengan celurit di ujungnya.
Ritual itu diadakan di kuil luar ruang milik Vargas yang dikenal sebagai 'Godmother', di Tultitlan, Meksiko. Setiap hari Minggu, kuil dikunjungi banyak warga. Mereka berdoa di hadapan patung fiber-glass Santa Muerte yang menjulang di sana.
Patung itu didirikan pada 2007 di halaman terbuka sehingga dapat dengan mudah terlihat dari jalan raya. Warga yang datang ke situ biasanya memberi persembahan tequila, permen, dan bunga.
Mereka berdoa di hadapan patung Santa Muerte, memohon kesehatan, kemakmuran, juga kasih sayang. Di situ pula Vargas meresmikan pernikahan dan pembaptisan.
Penghinaan
Orangtua Adriana, bayi yang baru dibaptis Vargas pada Minggu (7/2) lalu, mengaku memang berdoa kepada Santa Muerte saat terjadi komplikasi semasa Adriana masih dalam kandungan ibunya.
"Saya berjanji kepadanya (Santa Muerte), jika anak kami sehat, kami akan membaptisnya di hadapan dia," kata Daniel Anguiano, 22, ayah Adriana.
Baik Anguiano maupun Lucero Aguilar, 18, istrinya sekaligus ibu Adriana, mengaku sebagai penganut Katolik. Namun, seperti banyak warga Meksiko yang juga pemeluk Katolik, mereka pun menyembah Santa Muerte meskipun tahu sosok yang mereka sembah ditentang Vatikan.
Pada Jumat (12/2), pemimpin Katolik sedunia, Paus Fransiskus, dijadwalkan memulai kunjungan selama 5 hari di Meksiko. Paus bakal melihat sendiri fenomena penyembahan Santa Muerte semakin marak di Meksiko padahal Vatikan telah menyatakan penyembahan itu merupakan penghinaan bagi Tuhan, sesat.
Uskup Agung Meksiko, Kardinal Norberto Rivera, menyebut Santa Muerte itu absurd.
"Setiap umat Kristen seharusnya berpihak pada kehidupan, bukan kematian," kata Rivera.
Nyatanya, fenomena menyembah Santa Muerte terus saja marak di Meksiko. Menurut 'Godmother' Vargas, jurnalis kerap mencari-cari kejahatan dari ritual untuk Santa Muerte yang dia pimpin. "Tapi mereka tidak pernah menemukannya."
Singkirkan selingkuhan
Menurut perkiraan Andrew Chesnut, profesor studi religius di Universitas Virginia Commonwealth, Virginia, Amerika Serikat (AS), ada 10 juta-12 juta orang penyembah Santa Muerte di Meksiko, AS, juga Amerika Tengah.
"Ini merupakan gerakan religius baru yang paling cepat berkembang tidak hanya di Meksiko tapi juga di seluruh daratan Amerika," kata Chesnut yang menulis buku Devoted to Death: Santa Muerte, the Skeleton Saint (2011).
Menurut sejarah, di Meksiko, Santa Muerte mulai muncul pada akhir abad ke-18. Suku asli mengubah gambar-gambar grim reaper yang diperkenalkan bangsa Spanyol menjadi ikon baru. Seketika itu juga, Gereja menutup kapel-kapel yang menjadi tempat penyembahan Santa Muerte.
Setelah mendapat tentangan dari Gereja, fenomena penyembahan sosok bermuka tengkorak itu sempat tidak lagi terdengar. Namun, pada 1940-an, tim antropolog menyingkap lagi adanya pengikut Santa Muerte.
"Kebanyakan merupakan perempuan yang meminta kepada Santa Muerte agar menyingkirkan selingkuhan suami mereka," jelas Chesnut.
Sejak 2001, jumlah pengikut Santa Muerte bertambah terus. Saat itu pula, seorang perempuan bernama Enriqueta 'Dona Queta' Romero memajang patung Santa Muerte di Tepito, kawasan kumuh di Mexico City.
Hingga kini, banyak orang datang secara rutin ke situ untuk berdoa di hadapan Santa Muerte. Sebuah seremoni juga rutin diadakan pada hari pertama setiap bulan.
Romero sendiri yang kini berusia 70 tahun mengaku sebagai pemeluk Katolik dan rajin ke gereja.
"Di satu sisi ada Tuhan dan di sisi lain ada (Santa) Kematian. Ketika saya meninggal, Tuhan pula yang menyuruh Santa Kematian untuk mengambil nyawa saya," kata Romero.
Soal kunjungan Paus Fransiskus, Romero pun ikut gembira. "Hebat sekali Paus akan berkunjung ke sini. Puji Tuhan. Pasti menyenangkan, Paus akan datang dan memberikan banyak berkat buat kita semua."
Dua-duanya
Di Tultitlan tadi, Enriqueta Vargas yang menjadi juru kunci di kuil Santa Muerte, belum lama menjadi pengikut Santa Muerte. Dia menjadi pemimpin di tempat penyembahan itu pada 2008, setelah anak lelakinya yang mendirikan kuil itu tewas akibat ditembak.
"Saya berjanji kepada Santa Muerte jika Santa Kematian membawa para pembunuh anak saya, saya akan menyebarluaskan ajarannya," tutur Vargas.
Di tempat penyembahan di Tultitlan, ada seorang pengikut baru yang datang untuk pertama kalinya pada Minggu (7/2). Namanya Felix Lugo, berusia 74 tahun. Lugo yakin, peristiwa dia jatuh di kamar mandi pada 2013 merupakan hukuman dari Santa Muerte karena Lugo sempat berharap tetangganya tidak membangun tempat penyembahan Santa Muerte.
"Saya di sini untuk memohon ampun karena saat itu saya menghina Santa," kata Lugo yang juga penganut Katolik pengikut Bunda dari Guadalope.
Pada hari itu, kepada Vargas, Lugo bertanya apakah dia bisa menyembah Santa Muerte sekaligus tetap menyembah Bunda dari Guadalope yang diyakini sebagai santa pelindung di Meksiko.
Kepada Lugo, Vargas menjawab lugas, "Tentu, tentu saja Anda bisa menyembah keduanya." (AFP/OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved