Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Cerita Suram Dampak Perubahan Iklim di Kaki Pegunungan Andes

Adiyanto
06/11/2019 19:20
Cerita Suram Dampak Perubahan Iklim di Kaki Pegunungan Andes
Para pemilik kambing di Provinsi Mendoza, selatan Argentina mulai kesulikan mencari pasokan pakan untuk peliharaan mereka.(ANDRES LARROVERE / AFP)

DI padang rumput yang luas di kaki pegunungan Andes, Antonio Soza berupaya menggiring kambing yang digembalakannya turun. Hari itu, dia baru saja memberi makan hewan-hewan peliharaannya tersebut. Dampak perubahan iklim amat terasa di daerah yang terletak di Provinci Mendoza, selatan Argentina itu. Akibat kekeringan, Soza terpaksa mengajak kambing-kambingnya ke tempat yang lebih tinggi untuk mencari rumput.

Soza, 68, adalah generasi ketiga di desanya yang kebanyakan berprofesi sebagai peternak dan penggembala kambing. Dalam beberapa tahun terakhir,  desanya dilanda kekeringan. Namun, Soza tak menyerah."Saya akan tetap di sini bersama kambing-kambing kecil ini," ujarnya kepada AFP.

Soza dan para penggembala lainnya menjadi saksi langsung dampak perubahan iklim di kaki pegunungan terpanjang di dunia yang terletak di Amerika selatan tersebut. Menurut cerita Soza, kondisi di desanya telah banyak berubah. "Kondisinya sudah tidak seperti dua atau tiga tahun lalu dimana musim dingin masih bagus dan banyak salju."

Sekitar 1300 kilometer dari Buenos Airies, Soza berserta para penggembala dan petani menyaksikan langsung danau-danau yang mengering, padang rumput yang kian gersang, serta makin menipisnya salju sebagai dampak perubahan iklim.

"Perubahan iklim telah mengubah siklus kehidupan di sini," kata Ivan Rosales, insinyur pertanian dari National Institute of Agricultural Technology (INTA) San Rafael, Mendoza. Menurut dia, aliran air di wilayah ini akan berkurang 11% pada 2019-2020 atau 54% lebih rendah dari rata-rata yang pernah terjadi di provinsi itu. "Tahun lalu, kami menganggapnya belum darurat karena itu selalu berulang dari tahun ke tahun dalam satu dekade terakhir," ungkap Sergio Marinelli, kepala irigasi di Provinsi Mendoza dalam laporannya Oktober lalu.  

Apa yang dialami Soza dan kawan-kawan berbanding terbalik dengan para pemilik perkebunan anggur di wilayah itu yang ditopang sistem irigasi mumpuni. Setidaknya, mereka tidak terlalu kaget dengan dampak perubahan iklim

Iklim perlahan menghangat, tapi jelas dampaknya terlihat dari es yang mencair di atas pegunungan Andes di atas desa tersebut. "Kini kami dilanda kekeringan. Udara sangat dingin dan banyak angin," ujar Soza, sembari mengelus perut salah satu kambingnya yang hamil.

Dia sadar penghasilannya sebagai peternak akan berkurang karena hewan-hewan peliharaannya tersebut kemungkinan akan berhenti melahirkan atau kekurangan makan lantaran tak ada pasokan rumput dan air. Dia telah melihat bayang-bayang kesuraman itu dalam beberapa tahun terakhir. Orang-orang seperti Soza harus mengembala hewan peliharaan mereka ke tempat yang semakin tinggi dan berebut  air dengan para pemilik perkebunan besar di bawah sana yang mengembangkan kentang dan bawang putih.

"Segalanya kering dan kini bergantung pada hujan dan siklus musim. Yang mereka punya cuma domba, kambing, dan kuda. Tak ada aktivitas lain yang bisa mereka lakukan," papar Rosales.

Untuk menopang kehidupan keluarga mereka, dua dari tujuh anak Soza bahkan memilih bekerja di kota. Menurut Rosales, itulah salah satu konsekuensi lain dari perubahan iklim yang terjadi di desa tersebut. "Banyak anak muda pergi ke kota, tapi di sana mereka juga tak bisa berbuat apa-apa dan akhirnya terdampar di kawasan kumuh," ujar insinyur pertanian tersebut. (A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya