Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

PM Ethiopia Abiy Ahmed Menangi Hadiah Nobel Perdamaian

MI
11/10/2019 22:50
PM Ethiopia Abiy Ahmed Menangi Hadiah Nobel Perdamaian
Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed menangi nobel perdamaian(AFP)

KOMITE Nobel Norwegia mengumumkan bahwa Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, memenangi Hadiah Nobel Perdamaian 2019 atas upayanya menghadirkan perdamaian internasional. Ia mengakhiri peperangan antara negaranya dan Eritrea.

"Abiy dianugerahi hadiah atas upayanya mencapai perdamaian dan kerja sama internasional," ujar Komite, Jumat (11/10).

Kesepakatan damai Abiy dengan Eritrea mengakhiri kebuntuan militer 20 tahun setelah perang perbatasan 1998-2000 kedua negara.

Abiy dinobatkan sebagai pemenang Hadiah Nobel Perdamaian ke-100 di Oslo, tempat ia akan menerima penghargaan pada Desember yang akan datang.

Kepala pemerintahan termuda di Afrika itu berhak membawa pulang cek senilai sembilan juta kronor (US$900.000) atau setara sekitar Rp12,7 miliar.

Sebanyak 301 kandidat telah dinominasikan untuk penghargaan bergengsi ini, termasuk 223 individu dan 78 organisasi. Beredar spekulasi besar tentang yang akan memenangi Hadiah Nobel Perdamaian. Aktivis iklim Greta Thunberg secara luas dianggap sebagai favorit.

Apa yang telah dilakukan Abiy Ahmed? Setelah menjadi perdana menteri pada April 2018, Abiy memperkenalkan reformasi besar-besaran untuk Ethiopia, mengguncang negara yang dikontrol ketat.

Dia membebaskan ribuan aktivis oposisi dari penjara dan membiarkan para pembangkang yang diasingkan kembali ke rumah. Yang terpenting, dia menandatangani perjanjian damai dengan Eritrea.

"Abiy dianugerahi Hadiah Nobel atas inisiatif menentukan untuk menyelesaikan konflik perbatasan dengan negara tetangga Eritrea," kata Komite Nobel Norwegia.

Abiy lahir di Zona Jima, Ethiopia selatan, 1976 dari seorang ayah muslim, Oromo dan ibu Kristen, Amhara.

Saat remaja, ia bergabung dengan perjuangan bersenjata melawan bekas rezim Dergue dan akhirnya naik ke pangkat letnan kolonel dengan fokus pada intelijen dan layanan komunikasi.

Pada 1995, ia bertugas sebagai penjaga perdamaian PBB di Rwanda. Dia saat ini ialah kepala pemerintahan termuda di Afrika. (BBC/Hym/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya