Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Negara-Negara ASEAN Siap Biayai Peneliti Regional

Siswantini Suryandari
25/6/2019 11:03
Negara-Negara ASEAN Siap Biayai Peneliti Regional
Delegasi ASEAN dalam pertemuan 76th ASEAN Costi di Nusa Dua, Bali, Indonesia, Selasa (25/6).(MI/Siswantini Suryandari)

NEGARA-NEGARA ASEAN mendorong para peneliti di wilayah Asia Tenggara untuk meningkatkan penelitian di bidang sains dan teknologi yang sifatnya kekinian serta telah digunakan atau didukung oleh industri.

Hal itu dikemukakan Chairul Hudaya PhD, delegasi Indonesia untuk Project Appraisal Group Meeting saat memaparkan hal tersebut dalam acara 76th Asean Costi yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, Selasa (25/6).

Hadir dalam acara itu para perwakilan dari kementerian yang membidangi sains dan teknologi dari 10 negara anggota Asean. Sedangkan Indonesia diwakili Kementerian Ristek Dikti.

Dalam pertemuan itu, para delegasi fokus pada pentingnya meningkatkan jumlah penelitian di ASEAN. Untuk itu, 10 negara anggota ASEAN akan membiayai proposal-proposal penelitian yang lolos dengan masa waktu maksimal 2 tahun.

"Di ASEAN, ada ASEAN Science Technology Innovation Fund. Masing-masing negara menyumbang rata-rata US$1 juta untuk membiayai penelitian. Nah, tugas kami ini membuat guideline kepada para peneliti agar sesuai dengan harapan negara-negara Asean," ujarnya.

Baca juga: Penyelesaian RCEP Bantu ASEAN Kelola Ketegangan Perdagangan

Pembiayaan untuk para peneliti ASEAN ini agar terjadi pemerataan dan kepedulian antarnegara ASEAN dalam memajukan sains, teknologi dan inovasi.

Dari 10 negara ASEAN, ada negara yang sangat maju di bidang sains teknologi, namun ada negara yang masih tertinggal sama sekali. Untuk itu negara-negara ASEAN sangat peduli dalam memerhatikan masalah pengembangan sains teknologi ini.

Pada tahun ini, fokus penelitian pada sains, teknologi, dan inovasi.

Proposal yang disetujui, lanjut Chairul, adalah proposal yang sesuai dengan guide line, riset kekinian, sifatnya komersial, dan kerja sama dengan industri.

"Peneliti juga punya track record yang baik. Untuk dukungan dari industri ini, peneliti harus menyertakan letter of supports," terang Chairul.

Adapun biaya penelitian yang diberikan maksimal US$50 ribu. Pada tahun lalu, dari 66 proposal yang masuk, Indonesia mengirimkan kurang dari 10 proposal. Dan yang lolos hanya dua proposal yakni bidang meteorologi yang dipimpin tim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Serta bidang energi yang diprakarsai Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui riset bioetanol. Sedangkan Malaysia memiliki jumlah cukup banyak.

"Kalau proposal dari negara-negara lain mendominasi sedangkan dari Indonesia jumlahnya sedikit, jelas rugi. Padahal Indonesia ikut membiayainya. Oleh sebab itu, dalam pertemuan ini, kami juga membahas agar ada pemerataan dalam penerima bantuan penelitian ini," ungkap Chairul.

Hal urgent yang dibedah dalam masalah bantuan tersebut adalah bagaimana penguji proposal (reviewer) tidak bias dalam menilai proposal.

"Tahun lalu banyak panduan tidak rinci. Maka, tahun ini, harus diformulasikan lagi. Reviewer harus objektif dan tidak bias. Dan tahun ini juga ditekankan pembahasan kesepahaman terminologi sains," ujar dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia itu.

Selain itu, pada tahun ini, para peneliti juga diharapkan bekerja sama dengan peneliti dari tiga negara ASEAN lainnya.

"Misalnya peneliti Indonesia bisa bekerja sama dengan minimal tiga negara lain di Asean. Ini disebut regionality."

Chairul mencontohkan penelitian yang dikembangkan BMKG, maka dalam kerja sama dengan negara lain, tiga negara ASEAN lain yang dilibatkan tersebut untuk capasity building. Sedangkan penelitian utama tetap dilakukan BMKG.

Ia menambahkan penerimaan proposal akan dilakukan pada Juli dan diharapkan Oktober 2019 sudah keluar nama-nama penerima bantuan penelitian dari ASEAN.

"Saya berharap akan semakin banyak penelitian hasil dari peneliti Indonesia yang lolos," harapnya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya