Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MANTAN pemimpin Sudan, Omar al-Bashir, muncul di hadapan publik untuk pertama kalinya sejak digulingkan. Konvoi pasukan bersenjata mengiringi kepergian Bashir ke kantor kejaksaan.
Pemimpin yang dikenal bertangan besi selama tiga dekade, berhasil dilengserkan pada 11 April lalu. Protes massal terjadi berminggu-minggu untuk menentang pemerintahan Bashir.
Dengan menganakan jubah putih tradisional dan serban, Bashir dikawal konvoi bersenjata berat dari penjara Kober di Ibu Kota Sudan, Khartum. Dia menjalani sidang pemeriksaan dari jaksa penuntut terkait tuduhan kasus korupsi.
Kepada wartawan, jaksa Alaeddin Dafallah mengatakan mantan presiden telah diberitahu bahwa dirinya menghadapi dakwaan kepemilikan mata uang asing, korupsi dan gratifikasi. Sementara itu, seorang jenderal tinggi dari dewan militer bersumpah bahwa siapapun yang melakukan operasi penumpasan terhadap massa demonstrasi, akan menghadapi hukuman mati. Tindakan kekerasan dalam aksi protes awal bulan ini menyebabkan puluhan orang tewas.
"Kami berusaha keras untuk membawa mereka yang melakukan perbuatan keji ke tiang gantugan. Siapapun yang melakukan kesalahan harus bertanggung jawab," tegas Mohamed Hamdan Dagalo, wakil kepala dewan militer dalam pidato yang disiarkan langsung stasiun televisi pemerintah.
Baca juga: Pemerintah Tiongkok Dukung Carrie Lam
Sebelumnya, ribuan pengunjuk rasa berkumpul di luar markas militer Khartum selama berminggu-minggu. Mereka akhirnya dibubarkan paksa oleh orang-orang bersenjata dengan seragam militer pada 3 Juni lalu.
Para dokter, yang terkait dengan gerakan protes, mengungkapkan, lebih dari 100 orang tewas dalam tindakan kekerasan tersebut. Adapun Kementerian Kesehatan Sudan menyebut jumlah korban jiwa secara nasional tercatat 61 orang.
Sejumlah pengunjuk rasa dan saksi mata menuding kelompok paramiliter, Pasukan Dukungan Cepat (RSF), melakukan serangan terhadap para demonstran. Pejabat Amerika Serikat (AS) ikut menyerukan penyelidikan independen atas kekerasan mematikan.
Pada Kamis lalu, juru bicara dewan militer, Jenderal Shamseddine Kabbashi, menyatakan penyesalan terhadap serangan tersebut. Namun, dewan militer menegaskan pihaknya tidak menginstruksikan pembubaran massa. Sebenarnya, lanjut dia, pihak militer merencanakan operasi pembersihan di daerah dekat pusat demonstrasi, yang disinyalir menjual narkoba.
"Perencanaan operasi Kolombia (wilayah) dilakukan oleh pihak militer dan keamanan. Kami menjamin dewan militer berkomitmen untuk menyelidiki faktak demi fakta, melalui komite investigasi," bunyi pernyataan resmi dewan militer.
Omar al-Bashir meraih kursi kekuasaan dalam kudeta yang didukung kelompok Islam pada 1989. Selama masa pemerintahan Bashir, Sudan mengalami tingkat korupsi tinggi. Negara itu menduduki peringkat 172 dari 180 negara, dalam Indeks Persepsi Korupsi 2018 terkait transparansi internasional. (RTE/OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved