Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Ribuan Perempuan Asli Kanada Diduga Jadi Korban 'Genosida'

Arpan Rahman
05/6/2019 12:00
Ribuan Perempuan Asli Kanada Diduga Jadi Korban 'Genosida'
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.(Ist)

TEMUAN sebuah penyelidikan nasional mengungkapkan lebih dari seribu gadis yang tewas dan hilang merupakan bagian dari genosida terhadap penduduk asli negara tersebut.
 
Dalam laporan dua jilid yang dirilis pada Senin lalu merinci akar penyebab tingginya tingkat kekerasan Kanada terhadap perempuan. Temuan ini diungkapkan berdasarkan penyelidikan tiga tahun mengenai itu.

Baca juga: Pemerintah Tiongkok Sensor Kata Tiananmen dari Internet

Laporan tersebut dikeluarkan Penyelidika Nasional mengenai Perempuan dan Gadis Adat yang Hilang dan Terbunuh, yang berjudul "Reclaiming Power and Place'. Laporan menyatakan Kanada memberlakukan kebijakan yang menghancurkan masyarakat adat sejak masa pra-kolonial hingga sekarang.

Dilansir dari UPI, Selasa, 4 Juni 2019, penyelidikan nasional ini diluncurkan pada 2016. Ini merupakan tanggapan terhadap kemarahan masyarakat akibat hilangnya perempuan pribumi dalam beberapa dekade terakhir.
 
Badan Penyelidikan Nasional berpendapat bahwa genosida dilakukan tidak hanya melalui pembunuhan terencana, tetapi juga melalui kebijakan kolonial yang mengerikan.
 
"Yang menyebabkan kerusakan jasmani dan mental yang serius bagi masyarakat adat dan dengan sengaja menimbulkan kondisi kehidupan pada masyarakat adat yang diperhitungkan membawa kehancuran fisik mereka," kata laporan tersebut.
 
Genosida itu dimungkinkan karena struktur dan kebijakan kolonial yang dibiarkan bertahan hingga sekarang.
 
"Laporan Akhir Penyelidikan Nasional mengungkapkan bahwa penganiayaan dan pelanggaran hak asasi manusia dan adat yang terus-menerus dan disengaja adalah penyebab utama di balik tingkat kekerasan Kanada yang mengejutkan terhadap perempuan, gadis, dan kaum LGBT," imbuh mereka.
 
Laporan ini merinci 231 seruan minta keadilan dan menyarankan perubahan besar buat menempatkan trauma dan marginalisasi
multi generasi dan antargenerasi. Mereka mengeluhkan kemiskinan, tuna wisma dan hambatan untuk pendidikan, pekerjaan, layanan pemerintah, dan pendampingan.
 
"Untuk mengakhiri tragedi ini, kekuatan dan tempat yang tepat bagi wanita, anak perempuan dan kaum LGBT harus dipulihkan, yang mengharuskan pembongkaran struktur kolonialisme dalam masyarakat Kanada," kata Komisaris Michele Audette.
 
"Ini bukan hanya pekerjaan bagi pemerintah dan politisi. Adalah kewajiban semua warga Kanada untuk meminta pertanggungjawaban para pemimpin kita," terang dia.
 
Badan Penyelidikan Nasional mengatakan untuk membantu memperbaiki situasi, Kanada harus membentuk badan khusus Hak Asasi Manusia, mengembangkan dan mengimplementasikan rencana aksi nasional untuk memastikan akses yang adil terhadap pekerjaan,
pendidikan, dan layanan lainnya.
 
Kanada juga diharapkan menyediakan dana untuk kampanye dan pendidikan pencegahan kekerasan; dan melarang penangkapan anak-anak karena kemiskinan atau budaya.
 
"Mengakhiri genosida ini dan membangun kembali Kanada menjadi negara yang didekolonisasi membutuhkan hubungan baru dan kemitraan yang setara antara semua warga Kanada dan masyarakat adat," kata Komisaris Qajaq Robinson.

Baca juga: Tiongkok Sesalkan Pernyataan AS Soal Tragedi Tiananmen

Perdana Menteri Justin Trudeau mengatakan bersyukur menerima laporan tersebut. Dia mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah mengungkapkan kekerasan.
 
"Ini hari yang penting, dan hari yang panjang, sudah lama kita
lewatkan," katanya.
 
Trudeau berharap laporan itu akan memberi mereka pemulihan. "Ini benar-benar tidak dapat diterima dan harus berakhir," katanya.
 
Trudeau mengatakan Kanada akan mengimplementasi rencana aksi nasional, sesuai dengan permintaan penyelidikan. Dia berharap bisa bekerja dengan masyarakat adat untuk menentukan tindakan di masa mendatang. (Medcom.id/OL-6)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya