Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SISWA berpakaian hitam menghidupkan kembali kengerian genosida Kamboja di Killing Fields pada Senin (20/5) untuk memperingati dua juta orang yang terbunuh rezim Khmer Merah.
Ratusan orang berkumpul di situs terkenal di Phnom Penh itu untuk menghadiri Hari Peringatan Tahunan dengan doa dan pertunjukan. Di sini tampak para siswa memegang senapan kayu, pisau, dan tongkat bambu, untuk meniru serangan.
"Kami melakukan adegan-adegan ini untuk mengingat genosida oleh rezim Pol Pot dan kekejaman yang diderita rakyat Kamboja," kata Chhaem Khleuong, seorang guru seni rupa yang berperan sebagai kader Khmer Merah, kepada AFP.
Seperempat populasi Kamboja mati di bawah rezim Khmer Merah Pol Pot. Mereka dibunuh secara massal atau kelaparan, kerja paksa atau disiksa.
Pemerintahannya yang brutal berakhir pada 1979 dan kekejaman Khmer Merah masih diingat di museum dan situs yang didedikasikan untuk para korban genosida.
Hari Peringatan, yang lebih umum disebut 'Hari Kemarahan' di Kamboja, diadakan di Killing Field (ladang pembantaian) di Choeung Ek. Di sini sekitar 15.000 orang dikurung dan dikirim ke kematian mereka antara 1975 dan 1979.
Itu merupakan hari yang emosional bagi banyak peserta bahkan beberapa menangis saat siswa berpura-pura menggorok leher korban, menembak mati mereka, atau membuat mereka menjadi papan air.
"Pandangan ini membawa saya kembali ke era Pol Pot. Pembunuhan itu mengerikan," kata Chan Ren, 62, yang kehilangan lebih dari 10 kerabatnya di bawah rezim.
"Hari ini, orang-orang menghadiri acara itu untuk berdoa kepada jiwa-jiwa orang yang terbunuh Khmer Merah."
Diadili PBB
Beberapa pimpinan orkestra genosida telah diadili pengadilan yang didukung PBB. Para kritikus mengatakan penuntutan terlalu lambat dan banyak dari tertuduh keburu meninggal sebelum disidang.
Pada November 2018, mantan kepala negara Khmer Merah, Khieu Samphan dan 'saudara nomor dua' Nuon Chea dinyatakan bersalah karena genosida dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Pol Pot, yang dijuluki 'saudara nomor satu', meninggal pada 1998 sebelum sempat diseret ke pengadilan. Tiga tokoh di era Pol Pot masih hidup dan menjalani hukuman seumur hidup setelah diadili pengadilan gabungan Kamboja-PBB karena melakukan berbagai kejahatan termasuk kejahatan-kejahatan terhadap kemanusiaan. Mereka yang berada di balik jeruji ialah Kaing Guek Eav, mantan kepala penjara S-21 Khmer Merah, 'Saudara Nomor Dua' Nuon Chea dan mantan Presiden Khieu Samphan.
Pembangkangan di bawah kekuasaan Khmer Merah biasanya dihadapi dengan kematian. Bahkan para pendukung kelompok itu menghadapi penyiksaan dan eksekusi ketika eksperimen radikal pada revolusi gagal, dengan tuduhan yang dilemparkan kepada para jajarannya atas dugaan sabotase.
Eksekusi hanya mencakup sebagian kecil dari korban tewas. Baru ketika invasi Vietnam akhirnya menyingkirkan Khmer Merah dari kekuasaan pada 1979, pembantaian Kamboja terungkap. (AFP/Denny Parsaulian Sinaga/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved