Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
JUTAAN warga Venezuela kesulitan mendapat air bersih di tengah pemadaman listrik terbaru, yang mulai melanda negara tersebut pada awal Maret.
Presiden Nicolas Maduro menghadapi krisis ini dengan mengumumkan pembagian jatah listrik dan penutupan sekolah serta pemangkasan jam kerja.
Karena begitu terbatasnya pasokan listrik di Venezuela, sejumlah instalasi pompa air bersih tidak dapat bekerja. Hal ini berimbas pada menurunnya jumlah pasokan air untuk masyarakat Venezuela.
Berbicara di saluran televisi nasional, Maduro mengaku telah menyetujui "rencana 30 hari" dalam membagikan jatah listrik ke seluruh masyarakat. Saat mengumumkan hal tersebut, Maduro menegaskan dirinya juga menjamin ketersediaan air bersih bagi warga.
"Kami mempunyai anak-anak kecil, dan kami tidak dapat memberi mereka satu tetes air pun untuk diminum," ujar Maria Rodriguez, seorang warga Caracas, seperti dilansir dari laman AFP, Senin (1/4).
Baca juga: MA Venezuela Minta Imunitas Guaido Dicabut
Pemadaman juga membuat lampu lalu lintas di sejumlah ruas jalan padam, yang otomatis berimbas pada tersendatnya arus kendaraan.
Sejumlah stasiun pengisian bahan bakar berhenti beroperasi tanpa listrik. Pemadaman juga membuat jaringan telepon seluler dan internet terhenti.
Mencoba mendapatkan air bersih, warga ibu kota dan sekitarnya mencari ke berbagai tempat. Mereka mencari pipa-pipa yang bocor, sumur, selokan, truk tangki pemerintah, dan di Sungai Guiare di Caracas.
"Kami mencoba mendapatkan air dari sebuah sumur di dekat sini. Kami tidak tahu itu bisa diminum atau tidak, tapi kami tetap menggunakannya," kata Erimar Vale yang tinggal di ibu kota.
"Saya terpaksa mandi di kantor karena di rumah tidak ada air," tutur seorang warga lainnya, Angel Velazquez.
Pemadaman listrik semakin memperburuk krisis ekonomi di Venezuela, negara yang mempunyai cadangan terbanyak minyak bumi di dunia.
Buruknya kondisi di Venezuela telah mendorong jutaan warga untuk pergi dan mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain.
Sejumlah pakar menilai krisis listrik di Venezuela terjadi karena gabungan beragam faktor, mulai dari buruknya infrastruktur hingga kurangnya sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya.
Sekitar 25 ribu orang pakar kelistrikan di Venezuela dilaporkan telah pergi ke luar negeri karena tidak tahan menghadapi krisis ekonomi di negaranya sendiri.
Mereka adalah bagian dari 2,7 juta warga Venezuela yang memutuskan mencari kehidupan baru di negara lain.
Sejak krisis listrik melanda Venezuela pada awal Maret, Maduro menuduh Amerika Serikat dan juga tokoh oposisi Juan Guaido sebagai dalang di balik pemadaman. Ia mengklaim telah terjadi "serangan" terhadap infrastruktur kelistrikan di Venezuela. (Medcom/OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved