Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Bantuan Untuk Venezuela Diblokir, Bentrokan Pecah

Tesa Oktiana Surbakti
24/2/2019 15:15
Bantuan Untuk Venezuela Diblokir, Bentrokan Pecah
(Schneyder Mendoza/AFP)

BENTROKAN berdarah terjadi di wilayah perbatasan Venezuela, Sabtu (23/2) waktu setempat. Hal itu dipicu aksi pemblokiran bantuan kemanusiaan dari Kolombia dan Brasil, atas instruksi Presiden Venezuela Nicolas Maduro.

Pasukan militer menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah pengunjuk rasa yang berupaya mengangkut bantuan. Setidaknya dua orang dinyatakan tewas dalam peristiwa tersebut.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengutuk serangan terhadap warga sipil, layaknya aksi premanisme.

"Duka terdalam kami untuk keluarga korban yang meninggal karena tindakan kriminal ini. Kami juga menuntut keadilan ditegakkan," cuit Pompeo lewat Twitter. Dia menggambarkan aksi pembakaran sejumlah bantuan sungguh menjemukan.

Pemimpin oposisi Juan Guaido, yang mendeklarasikan diri sebagai presiden interim dan mendorong distribusi bantuan, mengutuk tindakan pasukan militer.

Baca juga: Guaido Mengambil Bantuan, Maduro Tutup Perbatasan

Guaido yang diakui sebagai pemimpin Venezuela oleh puluhan negara, dijadwalkan bertemu Wakil Presiden AS Mike Pence pada Senin (25/2) di Bogota, Kolombia.

Terlepas dari larangan perjalanan yang dijatuhkan pemerintahan Maduro, Guaido bertindak cepat untuk menemui para pemimpin Grup Lima regional.

Melalui cicitan berbahasa Spanyol, Guaido meminta komunitas internasional mendukung pembebasan Venezuela dari kepemimpinan Maduro. Seperti diketahui, Maduro terus menolak berbagai seruan yang menginginkan dirinya mundur.

Guaido mengatur pengumpulan ratuan ton bantuan asing di wilayah perbatasan Venezuela. Sebelumnya, dia menjatuhkan ultimatum kepada pemerintahan Maduro untuk mengizinkan bantuan masuk.

Apabila batas waktu dilewati tanpa respons positif, pihaknya bersumpah menggerakkan para sukarelawan. Sebagai tanggapan, Maduro pun menutup sebagian wilayah perbatasan Venezuela dengan Brasil dan Kolombia. Dia menuding masuknya bantuan asing menjadi ancaman bagi keamanan dan kedaulatan negara.

Pada Sabtu (23/2) waktu setempat, warga Venezuela berbondong-bondong melintasi wilayah perbatasan, demi mendapatkan bantuan makanan dan obat-obatan.

Dari video yang merekam di titik-titik perbatasan seluruh negeri, pasukan keamanan tampak menembakkan gas air mata kepada para sukarelawan. Tidak terima, para pengunjuk rasa membakar pos-pos perbatasan, serta melemparkan proyektil ke arah tentara dan polisi antihuru hara.

Beberapa kelompok hak asasi manusia (HAM) menyatakan terdapat dua korban tewas, termasuk bocah lelaki berusia 14 tahun yang ditembak mati dalam bentrokan di Santa Elena de Uairen, wilayah perbatasan dekat Brasil.

Amnesty International mendiskripsikan penggunaan senjata api terhadap pengunjuk rasa, merupakan pelanggaran HAM yang serius dan kejahatan di bawah hukum internasional. Di samping itu, ada laporan yang menyebut sejumlah truk bantuan dibakar. Guaido menilai aksi tersebut melanggar Konvensi Jenewa.

Sekitar pukul 19.00 waktu setempat, pemerintah Kolombia memperkirakan jumlah korban luka-luka di wilayah perlintasan perbatasan mencapai 300 orang. Sejumlah jurnalis di lokasi kejadian melaporkan banyak pengunjuk rasa yang mengalami cedera parah, bahkan menyasar organ mata.

Guaido mendatangi jembatasan Tienditas di sisi perbatasan Kolombia. Kepada pasukan militer, dia menjanjikan amnesti jika mereka bergabung dengan "sisi kanan sejarah".

Badan Imigrasi Kolombia mengungkapkan setidaknya 50 tentara telah membelot. Namun, sebagian besar pasukan militer tampaknya masih setia pada kepemimpinan Maduro. Dalam sebuah video yang tersebar di media sosial, sejumlah tentara secara terbuka mengecam Maduro dan menyatakan dukungan terhadap Guaido.

"Kami adalah ayah dan anak lelaki, kami sudah cukup banyak mengalami ketidakpastian dan ketidakadilan," ujar salah satu tentara.

Maduro kukuh menentang klaim Guaido sebagai presiden interim Venezuela. Dia pun mengabaikan seruan internasional untuk menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu) presiden baru.

Maduro menuding Guaido sebagai boneka atau pion AS. Ketika aksi protes meluas di wilayah perbatasan Venezuela, dia mengadakan demonstrasi pro pemerintah di Caracas.

"Lepaskan cengkeramanmu dari Venezuela, Donald Trump," tegas Maduro yang disambut sorakan dari pendukungnya. Dia menuduh presiden AS menggunakan bantuan sebagai sarana penyerangan terhadap Venezuela.

Meski puluhan negara mendukung pemimpin oposisi, Maduro mendapatkan dukungan kuat dari sekutu ekonomi utama, yakni Kuba, Rusia dan Tiongkok.

AS menjadi pemimpin gerakan internasional melawan Maduro dan telah menjatuhkan serangkaian sanksi internasional kepada Venezuela.

Persoalan bantuan kemanusiaan menjadi titik api terbaru dalam perselisihan Maduro dan Guaido. Sebagai pemimpin Majelis Nasional, Guaido menggambarkan pemerintahan Maduro tidak sah secara konstitusi, karena pemilu pada 2018 lalu diwarnai penyimpangan.

Venezuela berada dalam krisis ekonomi dan politik berkepanjangan. Tingkat inflasi yang tidak terkendali menyebabkan harga kebutuhan pokok melambung tinggi.

Banyak warga Venezuela berjuang mati-matian untuk membeli kebutuhan makanan dan obat-obatan. Sekitar 2,7 juta orang telah meninggalkan Venezuela sejak 2015, dan bermigrasi ke negara tetangga. (BBC/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya