Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Pemerintah Kebiri Kekuatan Oposisi

AFP/Yan/I-2
11/12/2018 04:10
Pemerintah Kebiri Kekuatan Oposisi
(AFP/Munir UZ ZAMAN)

PESTA demokrasi di Bangladesh dituding tidak adil. Pasalnya, tidak ada kandidat oposisi yang ikut bertarung untuk memperebutkan kursi perdana menteri setelah ratusan anggota oposisi di­­tangkap.

Selain itu, Perdana Menteri peta­hana Sheikh Hasina juga dituduh se­bagai dalang ketidakadilan tersebut. Hal itu karena dia mengabaikan standar demokrasi di Bangladesh.

Di sisi lain, Hasina mulai berkampanye sejak kemarin untuk pemi­lih­an pada akhir 2018. Pada pemilihan nanti, lebih dari 100 juta orang akan menggunakan hak pilih mereka pa­da 30 Desember 2018.

Saat malam peluncuran kampanye, Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), yakni salah satu kubu yang menolak Hasina untuk menjabat keempat kalinya, mengatakan hampir 2.000 pendukung mereka telah ditangkap aparat.

Di sisi lain, menurut polisi, mere­ka ditahan sejak pemilihan di­umumkan pada November 2018, termasuk sejumlah kandidat yang akan maju memperebutkan kursi perdana menteri. Penangkap­an dilakukan karena polisi sudah me­ngantongi surat perintah penang­kapan.

Dalam menanggapi keterangan kepolisian, kubu oposisi mengata­kan Hasina dan partainya senga­ja mengaplikasikan cetak biru pra­pe­milihan untuk melumpuhkan saingannya dan mengintimidasi para pemilih mereka.

“Pemerintah ingin mengadakan pemilu yang berat sebelah. Penangkapan ini hanya untuk menciptakan ketakutan di antara rakyat, se­­hingga mereka tidak memilih,” kata juru bicara BNP Rizvi Ahmed kepada AFP.

Penangkapan itu, lanjutnya, se­ma­­kin mempersempit barisan opo­­sisi yang dipimpin Khaleda Zia yang kini sudah meringkuk di balik jeruji besi selama 10 tahun karena tuduhan korupsi.
Namun, menurut para pendukung politikus berusia 73 tahun itu, tuduhan tersebut sarat dengan motif politik untuk membuat saing-an utama Hasina keluar dari arena pertarungan memperebutkan kursi perdana menteri.

BNP telah memboikot pemilihan pada 2014 lalu karena khawatir akan dicurangi. Akibatnya,  Hasina terpilih kembali tanpa perlawanan. Pemilihan itu kemudian dikecam para pengamat internasional.

Kini, oposisi memilih untuk ikut bertarung dalam pemungutan suara kali ini. Namun, hanya beberapa pe­kan sebelum hari pemungutan suara, kubu oposisi belum mengajukan nama untuk melawan Hasina.

Sebaliknya, partai yang berkuasa yakin akan kemenangan mutlak mereka. Mereka mengatakan, beberapa jajak pendapat yang dilakukan secara independen menunjukkan Hasina mendapat dukungan luas.

“Kami 100% yakin, warga akan memilih kami karena kami beker­ja untuk rakyat,” kata Jahangir Ka­­bir Nanak, juru bicara partai ber­­­kuasa.

Sejauh ini, pemerintahan Hasi­na telah membawa pertumbuhan ekonomi landai selama satu dekade terakhir dan investasi infrastruktur juga rapuh. (AFP/Yan/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik