Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PERTEMUAN G20 di Buenos Aires, Argentina rencananya akan memfokuskan pembahasan mengenai perekonomian dunia yang saat ini melambat akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Dikhawatirkan, jika perang dagang belanjut berlarut larut tanpa ada penyelesaian akan memberikan dampak buruk bahkan kepada negara yang tidak terlibat di dalamnya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan dampak perang dagang antara AS dan Tiongkok telah membuat roda perekonomian dunia menjadi lebih lambat dari yang seharusnya. Ia berharap pertemuan tingkat tinggi G20 dapat memberikan solusi atas penurunan performa ekonomi dunia melalui iklim perdagangan dunia yang lebih baik.
Hal tersebut disampaikan Kalla pada Kamis (29/11) sore waktu setempat di sela makan siang bersama di Restoran Rodizo, Buenos Aires, Argentina. Indonesia sendiri rencananya akan memosisikan diri sebagai negara penengah di perdebatan perang dagang ini.
“Yang perlu dipahami bersama adalah kunci dari permasalahan ekonomi saat ini adalah bagaimana mencari jalan keluar dari perang dagang antara dua raksasa ekonomi yakni Amerika dan Tiongkok. Diakui, perang dagang keduanya menyebabkan ekonomi dunia melambat termasuk di Indonesia,” ujar Jusuf Kalla dalam keterangan tertulis, Jumat (30/11).
Dampak perang dagang itu sendiri jelas terasa bukan hanya kepada negara-negara yang terlibat. Misalnya saja, Indonesia merasakan dampak harga-harga komoditas dunia yang menurun karena berkurangnya permintaan pasar dunia karena menurunnya permintaan barang barang produksi, khususnya Tiongkok yang menjadi salah satu dari tujuan ekspor terbesar Indonesia.
Baca juga: Pesawat Mendarat Darurat, Merkel Dipastikan Absen di Pembukaan G20
Oleh sebab itu, Kalla menilai kondisi tersebut harus segera dicarikan solusi karena perang dagang tersebut akan memakan korban dari negara lain yang tidak terkait sama sekali. Negara-negara yang selama ini bekerja sama dengan kedua negara adidaya kini terkena dampak negatif akibat melemahnya perekonomian dunia.
Kalla sendiri mengaku optimistis akan adanya angin perubahan terkait situasi ekonomi ke depannya. Salah satunya adalah kegagalan pencapaian kesepakatan pada APEC 2018 di Papua Nugini memberikan kewaspadaan kepada semua negara anggota G20 yang menyadari perlu diraihnya kesepakatan bersama untuk ekonomi yang lebih baik.
Wapres juga melihat adanya perubahan sikap AS yang saat ini mulai menunjukkan kesediaannya untuk bekerja sama dengan negara lain. Misalnya, beberapa waktu yang lalu Amerika kembali melakukan komunikasi dengan Kanada dan Meksiko terkait potensi dijajakinya kembali perjanjian dagang antara negara-negara di Amerika Utara (NAFTA).
“Ini step by step (perubahan ke arah lebih baiknya). Karena Amerika sendiri yang mula mula membubarkan NAFTA, sekarang Amerika, Meksiko, dengan Kanada kemudian mulai membangun komunikasi kembali. Kita harapkan juga hubungannya dengan Tiongkok tahap demi tahap akan membaik,” terang Wapres.
Selama dua hari (30/11) – (1/12), JK dan tim akan ikut serta dalam rangkaian kegiatan yang intens selama pertemuan G20 ini. Pertemuan akan dimulai dengan kedatangan pemimpin negara, foto bersama, rapat-rapat pleno dan juga pertunjukan budaya dan makan malam bersama segenap pemimpin negara G20.
Wapres Jusuf Kalla dalam pertemuan G20 tersebut didampingi Menkominfo RI Rudiantara, Wamenlu RI Abdurrahman Mohammad Fachir, dan Dubes Indonesia untuk Argentina Niniek Kun Naryatie.
Organisasi G20 sendiri adalah kelompok ekonomi 20 terbesar di dunia. Saat ini, 20 negara tersebut menguasai 60% kue ekonomi dan perdagangan dunia. Tajuk pertemuan tahun ini adalah Membangun Kesepakan untuk Pembangunan yang Adil dan Berkelanjutan. Jusuf Kalla akan memimpin delegasi Indonesia pada rapat-rapat pleno yang berlangsung dua hari.
Salah satu agenda utama Indonesia yang akan dipimpin langsung Jusuf Kalla terkait posisi Indonesia terhadap perang dagang dunia khususnya antara AS dan Tiongkok yang sedang terjadi. Pembahasan lainnya akan menyinggung soal penguatan daya tawar dan posisi Indonesia di G20, kemungkinan Indonesia menjadi penengah di perdebatan perang dagang ini, dan potensi investasi global di Indonesia. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved