Headline

Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.

Fokus

Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Migran Afghanistan Membawa Mimpi Besar ke Benua Biru

Haufan Hasyim Salengke
20/9/2015 00:00
 Migran Afghanistan Membawa Mimpi Besar ke Benua Biru
(AFP/ANGELOS TZORTZINIS)
Kaki Behnam Ahmadi baru saja menginjak pasir pantai Yunani namun pikirannya sudah melayang jauh. Di alam pikiran migran asal Afghanistan itu bergentayangan ide-ide besar tentang bagaimana ia akan membayar atau berterima kasih kepada Eropa jika dia diperbolehkan untuk tinggal.

Ahmadi terlihat tidak berbeda dari anak-anak Afghanistan lainnya, yang mempertaruhkan masa depan mereka di kehidupan baru di Uni Eropa: dia memakai jeans dan baju kaus. Di pinggungya menggelayut sebuah tas yang berisi semua harta duniawinya.

Putra dari seorang pekerja susu itu meninggalkan Afghanistan lebih dari 50 hari yang lalu. Kelananya ke daratan Eropa penuh onak dan rintangan. Ia sempat dipukuli oleh penjaga perbatasan Iran dan berjalan pada satu titik selama 24 jam penuh. Ia juga harus bersiasat dengan bekerja di sebuah supermarket di Turki selama sebulan agar bisa 'berlindung' dari hari hujan.

"Perjalanan ini membuat Anda tua," katanya tiba-tiba, kepada AFP.

Salah satu ambisi Ahmadi ialah ingin menjadi seorang penemu, seperti Jepang yang menciptakan atau menemukan robot. Menurutnya, dengan cara itu migran bisa menunjukkan penghargaan bagi masyarakat Eropa yang telah merangkul migran.

Di dalam sejumlah catatan ambisinya untuk Eropa itu, Ahmadi bertekad merancang drone baru untuk mendeteksi dan menghancurkan bahan peledak. Ia beralasan perangkat itu bisa menyelamatkan orang. Pilihannya itu tak lain karena dilatarbelakangi oleh peristiwa memilukan di Afghanistan: yaitu teman dekatnya tewas dalam serangan bom mobil.

"Saya tahu bahwa kadang-kadang ketika Anda kecil, orang-orang tidak akan mengajak Anda serius," tukas Ahmadi. Ia menambahkan, "Saya perlu belajar lebih banyak tentang pemrograman dan merancang perangkat. Jika saya pergi ke Jerman dan seseorang membantu saya, mimpi itu akan terwujud antara enam bulan dan satu tahun."

Ahmadi mencintai ide Jerman. Baginya, tidak ada batas baginya untuk berkreasi jika aplikasi suakanya diterima di 'Negeri Bavaria'. "Hal yang saya sukai dari Jerman," katanya, "adalah mereka menghormati bakat Anda dan mereka percaya pada Anda."

Ia menyukai musik pop Barat, seperti lagu-lagu Taylor Swift dan Katy Perry. Tetapi sebagian besar apa yang dia tahu tentang Jerman adalah hasil dari membaca buku-buku sejarah. Ahmadi berharap kecintaannya akan sains dan ilmu pengetahuan akan berkembang lebih baik di Jerman ketimbang di kampung halamannya di Herat, Afghanistan Barat.

Dua tahun lalu ia mulai memberikan pelajaran informal untuk anak-anak muda di kamar tidurnya, seperti keterampilan komputer dasar, melukis, dan bahasa asing. "Saya ingin berbagi apa yang saya tahu, saya tidak memungut bayaran. Bisa melihat sinar harapan di mata mereka itu sudah cukup bagi saya," tukasnya.

Ia memoles skil bahas Inggris-nya dengan banyak mengobrol dengan tentara Amerika Serikat yang bertugas di Afghanistan. Meskipun untuk urusan itu sang ibu kerap khawatir anaknya akan diajari merokok.

Namun akivitas Ahmadi itu kecium oleh militan Taliban setempat. "Mereka mengatakan kepada kami, 'Kamu orang-orang kafir karena mengajar anak-anak bahasa asing,'" kata Ahmadi. "Taliban mengatakan kepada saya mereka akan melempar adik dan ibu saya dengan batu karena kegiatan saya."

Ahmadi mengatakan ia menutup 'kelas'-nya pada akhir 2014. Keluarganya takut oleh ancaman pembunuhan Taliban. Saat itulah ia memutuskan untuk mencari harapan baru ke Eropa, meninggalkan seluruh keluarganya di Afghanistan.

Ia bersumpah satu hari akan menulis buku tentang kisah kelananya ke 'Benua Biru'. "Semuanya (terekam) di sini," katanya, sembari menujuk ke kepalanya. "Ini adalah kisah tentang seorang anak muda yang mulai perjalanannya dari negaranya sendiri untuk sampai ke Eropa. Ini adalah memori dari sekelompok orang yang melarikan diri dari rasa sakit," pungkasnya.(Q-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya