Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
RAMBUTNYA dikuncir ke belakang saat dia duduk santai di atas sebuah skuter merah. Ar adalah sosok perempuan Thailand yang saat ini masih menjadi pemandangan langka di antara para pengojek di Bangkok yang didominasi kaum pria.
Mereka setiap hari berseliweran menawarkan jasa angkutan sepeda motor di jalan-jalan berbahaya di ibu kota Thailand. Ar yang pernah bekerja selama tujuh tahun di Distrik On Nut yang ramai, kini berada di antara ribuan perempuan yang tertarik untuk berprofesi sebagai pengojek.
Hal itu bisa terjadi karena kesetaraan gender di Thailand sedang berkembang pesat.Lalu, faktor jam kerja yang fleksibel dan upah layak turut mendukung hal tersebut.
Perempuan itu menyambut baik perubahan tersebut sebagai bentuk kesempatan bagi kaumnya untuk mendapatkan kesempatan yang lebih banyak. “Saya senang karena ada lebih banyak peluang bagi perempuan untuk menjadi ‘motorsai’. Generasi baru perempuan sekarang harus tangguh dan berani,” katanya mengacu pada para pejuang jalanan berjaket oranye di jalan-jalan Kota Bangkok.
Meski tidak ada catatan resmi, para pengamat mengatakan saat ini cenderung banyak perempuan memilih mengadu nasib di jalanan sebagai pengojek karena jadwal kerja yang fleksibel. Pasalnya, pekerjaan itu memungkinkan mereka mengatur ritme kehidupan untuk keluarga.
Chaloem Changtongmadun, Presiden Asosiasi Taksi Motor Thailand, mengungkapkan bekerja sebagai pengojek motor memang memberikan kebebasan kepada kaun perempuan yang tidak akan dijumpai bila bekerja di kantor, toko,dan pabrik. “Perempuan tidak menemukan pekerjaan yang nyaman ketika mereka hamil, mengambil cuti melahirkan atau mengunjungi kampung halaman mereka. Tapi kini, mereka bisa merasakan hubungan yang lebih dekat dengan keluarga ketimbang bekerja di perusahaan,” tuturnya kepada AFP.
Dia percaya, saat ini terdapat sekitar 30% perempuan dari 98 ribu pengojek yang terdaftar di Bangkok. Chaloem berpendapat peningkatan jumlah perempuan di jalanan dalam beberapa tahun terakhir juga sebagai efek tekanan ekonomi sejak junta militer mengambil alih pada 2014.
Di lain hal, profesor di Institut Teknologi Asia Bangkok, Kyoko Kusakabe, mengakui di Thailand masih tedapat diskriminasi gender yang mencolok. “Meskipun perempuan memikul lebih banyak tanggung jawab keluarga, terutama di masa krisis, tapi diskriminasi gender masaih tetap ada.”
Perempuan Thailand, tambahnya, lebih cenderung mengambil pekerjaan bergaji rendah di sektor informal. Sebaliknya, kaum pria lebih memilih tetap menganggur untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.
Dalam praktiknya, saat mengojek, sebagian besar perempuan masih membutuhkan dukungan para kerabat pria mereka untuk bisa bergabung dalam antrean yang biasanya diwarnai persaingan ketat. (Denny Parsaulian Sinaga/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved