Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
PELEMAHAN nilai tukar rupee India mencapai rekor terendah pada perdagangan Kamis waktu setempat. Depresiasi kurs yang melanda hampir seluruh mata uang global dipengaruhi kenaikan harga minyak dunia, sentimen pasar negara berkembang yang meluas, hingga menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS).
Setelah sempat menguat tipis pada level 70,47 per dolar AS, kini kurs rupee tercatat pada level 70,81 per dolar AS. Anjloknya nilai tukar rupee mencapai 10,97% sejak awal 2018.
"Pelemahan kurs bisa mengganggu portofolio investasi negara berkembang. Kenaikan harga minyak dunia juga berpotensi memperlebar defisit transaksi berjalan," ujar Chief Investment Officer Asia Pasific Deutsche Bank Wealth Management, Tuan Huynh, melalui laporannya.
Melambungnya harga minyak dunia, lanjut dia, akan meningkatkan nilai impor migas India yang merupakan negara net importir minyak. Sejak pertengahan Agustus 2018, harga minyak dunia naik lebih dari 7%. Penguatan nilai tukar dolar terhadap sejumlah mata uang, termasuk rupee, terus melaju hingga akhir Agustus 2018.
"Pasar pun mendapat kesan bahwa otoritas setempat cukup toleran dengan pelemahan rupee. Apalagi, kebijakan ekonomi yang persuasif (jawboning) terbilang minim," tukas pengamat ekonomi DBS, Radhika Rao.
Di lain sisi, Rao menggarisbawahi krisis ekonomi Turki yang turut menambah tekanan pada depresiasi rupee.
Harus intervensi
Apabila pelemahan kurs rupee terus berlanjut, Rao menyarankan India segera mengintervensi. Kebijakan Bank Sentral AS (The Federal Reserve) yang secara bertahap menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR), masih membuka ruang volatilitas nilai tukar rupee. Apalagi, tensi perang dagang AS dan negara mitra dagang, utamanya Tiongkok, belum juga mereda.
Berdasarkan proyeksi Deutsche Bank Wealth Management, depresiasi rupee akan mencapai level 74 per dolar AS pada Juni 2019. Di samping pengaruh keperkasaan dolar AS diiringi kenaikan imbal hasil US Treasury, potensi defisit anggaran yang melebar jelang tahun politik, ikut menambah tekanan terhadap rupee.
Melemahnya nilai tukar Asia, tak hanya dialami oleh mata uang rupee India. Hampir seluruh mata uang negara emerging market mengalami depresiasi. Pelemahan kurs dibayangi sentimen krisis ekonomi yang melanda Turki dan Argentina.
Pelemahan peso Argentina telah mendekati rekor terendah, yakni 40% terhadap dolar AS. Padahal, Bank Sentral Argentina telah meningkatkan suku bunga acuan menjadi 60%.
Senasib dengan peso, kurs lira Turki terus merosot tajam. Lira sudah kehilangan setengah nilainya terhadap dolar AS. Guncangan ekonomi Turki turut diperparah pemberlakuan sanksi dari AS.
"Gejolak krisis di Argentina dan Turki ini membebani kurs mata uang emerging market, khsusnya di Asia. Masalah kedua negara turut dipengaruhi defisit transaksi berjalan yang semakin melebar. Pun kebijakan menaikkan suku bunga acuan gagal menahan laju pelemahan kurs," tutur Ken Chung, pengamat ekonomi Mizuho Bank.
Meski memiliki imbal hasil tinggi, nilai tukar won Korea Selatan pun melemah 0,4% terhadap dolar AS. Situasi serupa turut dialami dolar Australia dan rand Afrika Selatan, yang masing-masing anjlok sebesar 0,6% dan 0,85 dari dolar AS.
(CNBC/AFP/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved