Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
HUBUNGAN diplomatik antara Amerika Serikat (AS) dan Turki masih sulit menemukan titik terang. Meski terdapat sanksi dan ancaman, Turki belum mau membebaskan pendeta AS Andrew Brunson.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Mike Pompeo menekankan Washington sangat serius terhadap tuntutan pembebasan pendeta AS yang menjadi tahanan rumah pemerintah Turki. Sebelumnya, Brunson sempat dipenjarakan hampir dua tahun atas tuduhan spionase dan dukungan terhadap kelompok teroris.
Pendeta Brunson diketahui memimpin sebuah gereja protestan di Kota Aegean, Izmir. "Turki harus ingat bahwa waktu terus berjalan. Sudah waktunya Brunson dibebaskan, begitu juga dengan orang-orang yang sudah lama ditahan pemerintah Turki. Saya harap mereka melihat ini benar-benar serius," ujar Pompeo di Singapura, kemarin.
Sebagai upaya pemulangan Pendeta Brunson, pemerintah AS bahkan menjatuhkan sanksi kepada dua pejabat tinggi di kabinet Presiden Turki, yaitu Menteri Kehakiman Abdulhamit Gul dan Menteri Dalam Negeri Suleyman Solu.
Kedua pejabat tinggi Turki itu ditengarai berperan penting dalam penangkapan dan penahanan Pendeta Brunson. Namun, langkah itu malah membuat Ankara semakin panas dengan menyerukan ancaman balik. Menlu Turki Mevlut Cavusoglu menegaskan ancaman yang digulirkan Gedung Putih tidak akan berhasil.
"Kami sudah katakan bahwa ancaman maupun sanksi yang dikeluarkan pihak lain tidak akan membuahkan hasil apa pun. Kami ulang lagi (pernyataan tersebut) pada hari ini," cetus Cavusoglu dalam pernyataan yang disiarkan televisi Singapura pascapertemuan kedua pihak.
Dari persidangan yang berlangsung sejak musim semi, Pendeta Brunson terancam hukuman 35 tahun penjara bila terbukti bersalah.
Adapun dua warga Turki yang bekerja di Konsulat AS di Turki, saat ini juga tengah menjalani tahanan rumah atas tuduhan teror. Di lain hal, beberapa warga AS ditangkap pemerintah Turki menyusul kegagalan kudeta pada 2016 lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved