Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
KASUS pelecahaan seksual masih menjadi momok bagi kaum perempuan. Di Seoul, ibu kota Korea Selatan (Korsel), kaum perempuan terbiasa memastikan urusan privat mereka di area publik terbebas dari pengawasan kamera pengintai, dari toilet, kamar ganti, hingga kolam renang.
Kekhawatiran perempuan di 'Negeri Ginseng' itu disebabkan masifnya kamera pengintai yang tersebar di berbagai titik. Parahnya, ada pihak yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan hasil rekaman kamera pengintai untuk tujuan tertentu. Semisal, mereka mengunggah video perempuan bahkan lelaki yang sedang membuka baju di ruang ganti di beragam situs porno.
Tercatat lebih dari 6.000 kasus yang dikenal sebagai spy cam porn dilaporkan ke pihak kepolisian setiap tahun. Mayoritas kasus atau sebanyak 80% menyasar korban perempuan.
Sejumlah aktivis di Seoul pun bersuara lantang agar pemerintah mengevaluasi ketentuan pemasangan kamera pengintai di ranah publik yang rentan disalahgunakan.
Kepada BBC, seorang perempuan dengan nama samaran Kim mengaku pernah menangkap basah lawan bicaranya yang notabene seorang pria menaruh kamera kecil di bawah meja agar bisa melihat rok Kim. Ternyata pria itu sengaja merekam bagian bawah Kim untuk dibagikan ke grup aplikasi seluler yang beranggotakan teman-temannya.
"Pertama kali melihat isi pembicaraan teman-temannya dalam sebuah grup, aku sangat terkejut. Bahkan pikiranku sempat kosong, tak berapa lama aku mulai menangis," kisah Kim. Butuh waktu lama bagi Kim untuk bisa menenangkan pikirannya yang berkecamuk.
Pascakejadian yang mematahkan hatinya itu, dia kerap berpikir apakah dirinya terlihat murahan sehingga menjadi sasaran aksi pelecehan melalui kamera pengintai. Kim memang sempat datang ke kantor polisi, tetapi tak berani melapor. Sesampai di sana, dia khawatir petugas yang berjaga memandang dirinya sebagai perempuan murahan.
Lantaran takut dianggap rendah, Kim bahkan tidak berani bercerita kepada siapa pun, termasuk kerabat terdekatnya.
"Aku merasa kesepian saat di kantor polisi. Aku merasa semua lelaki melihatku sebagai objek seksual. Aku merasa takut. Bahkan aku tidak memberi tahu siapa pun, termasuk keluarga dan teman-temanku karena takut disalahkan," ujar Kim lirih.
Alhasil, pria yang berbuat buruk kepadanya tidak pernah dihukum sampai saat ini. Kini, sebagai salah satu negara maju, Korsel dihadapkan pada persoalan pelecehan seksual yang bersumber dari pengembangan teknologi digital.
Hampir 90% orang dewasa setidaknya memiliki satu ponsel pintar dengan cakupan akses ke internet sebanyak 93%. Meski Amerika Serikat dan Swedia mengalami kemajuan teknologi yang pesat, kejahatan seks berbasis digital di dua negara itu relatif terkendali.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved