Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
RATUSAN orang hilang dan beberapa dikhawatirkan tewas sesudah bendungan pembangkit listrik tenaga air, yang sedang dibangun, di Laos selatan runtuh, mengakibatkan banjir bandang, yang menyapu rumah, kata media pemerintah pada Selasa (24/7).
Bencana itu menyebabkan lebih dari 6.600 orang kehilangan tempat tinggal, kata Kantor Berita Lao, yang menunjukkan gambar warga desa mengarungi banjir berlumpur dengan membawa barang. Yang lain naik perahu kayu reyot atau berdiri di atap rumah, yang terendam.
Pejabat membawa perahu untuk membantu mengungsikan orang di distrik San Sai di Provinsi Attapeu, tempat bendungan Xepian-Xe Nam Noy itu berada, sementara permukaan air naik setelah bendungan itu runtuh, kata berita ABC Laos.
Perusahaan pembangun bendungan itu mengatakan hujan deras dan banjir menyebabkan keruntuhan tersebut dan mereka bekerja sama dengan Pemerintah Laos untuk membantu menyelamatkan warga desa di dekat bendungan itu.
"Kami menggerakkan kelompok darurat dan berencana membantu mengungsikan serta menyelamatkan penduduk di desa dekat bendungan itu," kata juru bicara SK Engineering and Construction kepada Reuters melalui telepon.
Bendungan itu runtuh pada Senin pukul 20.00, melepaskan lima miliar meter kubik air, mengakibatkan beberapa ratus orang hilang dan rumah tersapu, kata Kantor Berita Lao, serta beberapa orang tewas. Video ditayangkan oleh berita ABC Laos di Facebook-nya menunjukkan penduduk desa berhenti untuk menyaksikan air mengalir deras dari tepi sungai.
Perdana Menteri Thongloun Sisoulith menghentikan sidang pemerintah dan memimpin anggota kabinet memantau penyelamatan dan pertolongan di salah satu daerah terdampak, kata lembaga negara itu.
Negara Komunis Laos, salah satu yang termiskin di Asia dan negara paling rahasia, adalah wilayah tidak berpantai dan berupaya menjadi 'baterai Asia' dengan menjual listrik kepada tetangganya melalui serangkaian bendungan pembangkit listrik.
Kelompok hak asasi selama bertahun-tahun mengemukakan kekhawatiran tentang nafsu Laos akan listrik tenaga air, termasuk kekhawatiran atas dampak bendungan terhadap Sungai Mekong, tumbuhan dan satwanya serta masyarakat perdesaan dan perekonomian setempat, yang bergantung padanya.
Bendungan runtuh itu diharapkan memulai kerja-niaganya pada 2019 dan mengekspor 90% listriknya ke Thailand di bawah Perjanjian Pembelian Listrik antara perusahaan listrik Xe-Pian-Xe Namnoy (PNPC) dan Badan Pembangkit Listrik Thailand (EGAT).
Sisa 10% daya itu akan dijual ke lokal jaringan setempat di bawah perjanjian PNPC dengan Electricite du Laos. PNPC didirikan pada 2012 oleh SK Engineering and Construction Co., Ltd. (SK E&C), Korea Western Power Co., Ltd. (KOWEPO), Ratchaburi Electricity Generating Holding Pcl, penghasil terbesar listrik swasta Thailand, dan Lao Holding State Enterprise (LHSE).
Pernyataan perusahaan induk pembangkit listrik Ratchburi mengatakan bendungan itu, yang disebut Saddle Dam D, berukuran lebar delapan meter lebar, panjang 770 meter dan tinggi 16 meter.
Bendungan itu retak dan air bocor ke tempat rendah dan turun ke Sungai Xe-Pian, yang berjarak sekitar lima kilometer dari bendungan tersebut, kata Kijja Sripatthangkura, kepala pejabat pelaksana perusahaan induk pembangkit listrik Ratchaburi.
International Rivers menyatakan kecelakaan itu menunjukkan ancaman besar terkait beberapa rancangan bendungan, yang tidak dapat mengatasi cuaca ekstrem.
"Kejadian akibat cuaca tidak terduga dan ekstrim menjadi lebih sering di Laos dan wilayah itu karena perubahan iklim," kata International Rivers kepada Reuters melalui surat elektronik.
"Itu juga menunjukkan ketidak-memadaian pranata peringatan untuk pembangunan dan pengelolaan bendungan. Peringatan itu tampaknya datang sangat terlambat dan tidak berdaya dalam memastikan orang mengetahui sejak awal untuk memastikan keselamatan mereka dan keluarganya," kata kelompok tersebut. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved