Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Patung Rhodes Diprotes

Wendy Mehari Utami
19/3/2015 00:00
Patung Rhodes Diprotes
(AP/SCHALK VAN ZUYDAM)
SEJAK pekan lalu, mahasiswa Universitas Cape Town, Afrika Selatan, menggencarkan kampanye bertajuk Rhodes Must Fall--'Rhodes harus tumbang'. Mereka memprotes keberadaan patung Cecil Rhodes, tokoh kolonialis Inggris, di halaman kampus.

Patung itu mereka sebut sebagai 'monumen penghormatan' bagi kolonialisme dan dominasi kulit putih di masa lalu.

Demonstran, Kamis (12/3), melempar berember-ember kotoran ke patung perunggu itu dan menyebar kampanye lewat media sosial menuntut patung tersebut disingkirkan.

''Kami, sebagai mahasiswa berkulit hitam, sebagai mahasiswa Afrika, perlu memastikan pandangan institusi ini. Sekarang warisan siapa yang sesungguhnya kita pertahankan dan lanjutkan?'' seru pemimpin mahasiswa Ramabina Mahapa dalam pertemuan kampus pada Senin (16/3).

Mahapa bersama rekan-rekan mahasiswa lantas keluar dari pertemuan itu. Adapun pihak universitas menyatakan menghargai pandangan-pandangan yang beragam mengenai patung Rhodes. Universitas pun membuka perdebatan soal itu.

Namun, menurut pernyataan universitas, ''Pelemparan kotoran kepada patung ialah perilaku tercela dan sungguh disesalkan.''

Dalam lamannya, Universitas Cape Town juga menyebut, ''Sikap imperialisme dan rasialisme yang ditunjukkan Rhodes memunculkan kontroversi dan dendam. Namun, universitas ini tidak akan berdiri pada 1918 jika Rhodes tidak pernah mendonasikan tanahnya.''

Mahapa membalas pernyataan kampusnya itu dengan, "Itu pernyataan bohong! Bagaimana mungkin seorang penjajah bisa mendonasikan lahan yang bahkan dari awal tidak pernah menjadi miliknya?"

Kontroversial

Sudah sejak 1934 patung Cecil Rhodes berdiri di halaman kampus Universitas Cape Town. Patung perunggu itu menampilkan Rhodes dalam posisi duduk di undakan-undakan yang mengarah ke gedung universitas.

Rhodes yang hidup pada 1853-1902, ialah pebisnis asal Inggris yang datang ke wilayah Afrika Selatan pada akhir 1800-an. Dia berbisnis tambang berlian lantas beranjak ke dunia politik.

Pada 1890, dia menjabat Perdana Menteri Koloni Cape, yakni wilayah yang kini merupakan Afrika Selatan dan Namibia yang kala itu berada dalam kolonialisme Inggris.

Rhodes kemudian membentuk teritorium baru di Benua Afrika sisi selatan yang dia namai Rhodesia, diambil dari namanya. Teritorium itulah yang kini menjadi Zimbabwe.

Hingga kini, belum ada tanggapan soal kontroversi patung Rhodes itu dari partai berkuasa Kongres Nasional Afrika (ANC) yang membawa Afrika Selatan keluar dari rezim apartheid.

Namun, para mahasiswa telah memperoleh dukungan dari beberapa partai politik lain termasuk partai Pejuang Kebebasan Ekonomi (EFF) pimpinan Julius Malema yang dikenal antikapitalis.

Kata juru bicara EFF Mbuyiseni Ndlozi, ''Rhodes ialah supremasi kulit putih, penjajah, dan pembunuh. Patung berbentuk sosoknya seharusnya tidak ada di Afrika Selatan.''(AP/Telegraph/Guardian/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik