Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
INGGRIS dan Amerika Serikat pada Senin (30/4) meluncurkan program penelitian yang disebut sebagai pemeriksaan paling mendalam dan ekstensif yang pernah dilakukan pada glet-ser Antartika raksasa. Penelitian itu untuk mengukur kecepatan gletser tersebut mencair.
Tim peneliti merupakan gabung-an dari Dewan Penelitian Lingkungan Alam Inggris (NERC) dan Yayasan Ilmu Pengetahuan Nasional AS (NSF). Tujuan penelitian mereka ialah gletser Thwaites di Antartika Barat. Mereka akan menilai gletser itu akan ambruk dalam beberapa dekade atau abad berikutnya.
"Runtuhnya gletser Thwaites di Antartika Barat dapat memenga-ruhi permukaan laut global secara signifikan," kata NERC dalam sebuah pernyataan yang dilansir BBC, kemarin.
Ketua Eksekutif NERC Duncan Wingham menambahkan bahwa nasib gletser ialah salah satu misteri besar dalam ilmu Antartika.
"Kami saat ini kurang mengetahui tentang kemungkinan, waktu, dan besarnya runtuhan gletser Antartika Barat seperti Thwaites bagi negara-negara untuk dapat menyusun rencana dengan tepat," katanya.
Kolaborasi senilai 22,8 juta euro atau Rp384 miliar itu akan melibatkan 100 ilmuwan serta instrumen dan teknik terbaru yang dikerahkan ke salah satu wilayah yang paling tidak ramah di dunia.
Itu mencakup pengeboran untuk membuat lubang akses 1.500 meter (4.900 kaki) ke dalam es dengan jet air panas dan kapal selam otonom.
"Satelit menunjukkan wilayah Thwaites berubah dengan cepat, tetapi untuk menjawab pertanyaan penting tentang seberapa banyak dan seberapa cepat permukaan laut akan berubah di masa depan, dibutuhkan usaha para ilmuwan di lapangan dengan peralatan canggih," kata William Easterling dari NSF.
Proyek yang akan berlangsung lima tahun dan delapan proyek-- disebut International Thwaites Glacier Collaboration (ITGC)--itu merupakan proyek gabungan terbesar kedua negara di Antartika selama lebih dari 70 tahun.
"Para peneliti dari Korea Selatan, Jerman, Swedia, Selandia Baru, dan Finlandia juga akan berkontribusi pada upaya internasional untuk memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan besar bagi para ilmuwan yang tengah mencoba memprediksi kenaikan permukaan laut global," tambah NERC.
Tidak bisa sendiri
Menteri Sains Inggris Sam Gyimah mengatakan meningkatnya permukaan laut ialah masalah global yang penting yang tidak dapat diatasi satu negara saja.
Menurut NASA, Antartika kehilangan 125 gigaton es setiap tahun antara 2002 dan 2016.
'Benua Putih', julukan antartika, menyimpan 62% cadangan air tawar global dan pencairannya dapat berkontribusi pada desalinasi laut dunia. Itu bisa menjadi kejadian fatal bagi banyak spesies laut.
Selain memicu kehancuran gletser di Antartika, peningkatan suhu global juga diduga telah menjadi pemicu pemicu salju longsor di kawasan pegunungan Himalaya. Kondisi itu bisa menimbulkan konsekuensi serius di daerah pegunungan sehingga dapat sangat memengaruhi pembangunan sosial-ekonomi serta kehancuran prasarana lalu lintas.
Menurut studi yang dilakukan antara 2013 dan 2015 di Negara Bagian Himachal Pradesh, India, yang dikeluarkan beberapa waktu lalu, para peneliti dari University of Geneva mendapati kenaikan temperatur telah meningkatkan insiden salju longsor, ukuran dan cakupannya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved