Mengenal Xi Jinping, 'Chairman of Everything'

Irene Harty
12/3/2018 08:05
Mengenal Xi Jinping, 'Chairman of Everything'
(AFP/FRED DUFOUR)

WAJAH Xi Jinping, 64, sekarang menghiasi halaman depan setiap kertas di 'Negeri Tirai Bambu' dengan ekspresi dan arahannya menjadi topik utama di setiap saluran berita nasional maupun internasional.

Toko-toko banyak yang menjual piring peringatan dan memorabilia dengan citranya di samping Mao Zedong, pendiri Partai Komunis Tiongkok.

Xi memang telah mengumpulkan begitu banyak gelar politik dan militer selama dua dekade sejak merintis karier dan setia di partainya hingga memperoleh kekuasaan tanpa batas dan mendapat julukan 'Chairman of Everything'.

Persetujuan parlemen tentang amandemen konstitusi yang menghapuskan batas masa jabatan presiden pada Minggu (11/3) disebut-sebut akan membangkitkan kembali kaisar virtual dan simbol 'pangeran' komunis yang membuat kembali Tiongkok sesuai gambarannya sendiri.

Masa jabatan kedua Xi sebagai Sekretaris Jenderal partai terbesar di Tiongkok pada kongres lima tahunan Oktober lalu tampaknya menjadi pendorong kekuasaan Xi tidak terkendali dengan serangan tidak kasat mata kepada pendirinya, Mao.

Xi adalah pemimpin Tiongkok pertama yang lahir setelah 1949, ketika pasukan Komunis Mao mengambil alih setelah perang sipil yang berkepanjangan.

Dia sempat mengalami masa sulit untuk membersihkan nama ayahnya, Xi Zhongxun, pahlawan revolusioner yang menjadi wakil perdana menteri yang pada akhirnya dibersihkan oleh Mao.

Xi pun diingat akan kesetiaannya dengan partai dan memerintah dengan tangan besi.

Dimulai sebagai sekretaris partai tingkat kabupaten pada 1969, Xi menjabat menjadi gubernur Provinsi Fujian pada 1999 kemudian menjadi ketua partai Provinsi Zhejiang pada 2002 dan akhirnya Shanghai pada 2007.

Pada tahun yang sama, dia diangkat ke Komite Tetap Politbiro.

Menyusul kampanye ekonomi Mao yang menghancurkan dan Revolusi Kebudayaan 1966-1976 yang berdarah, kepemimpinan Komunis berusaha mencegah kekacauan lebih lanjut dengan menerapkan sistem keputusan personel dan kebijakan utama dikeluarkan oleh Komite Tetap Politbiro.

Langkah itu membuat kekuasaan politik tidak terlalu terkonsentrasi namun berubah saat Paman Besar Xi, Xi Dada, propaganda komunis, mengambil alih posisi sebagai presiden pada 2013.

Dia menggunakan tindakan keras terhadap korupsi dan meminta pihak yang direvitalisasi untuk menjadi pemimpin Tiongkok yang paling berkuasa dalam beberapa dasawarsa.

Pada saat yang sama, Xi juga berpusat pada memerangi korupsi setelah skandal penyelundupan US$10 miliar dengan mengesampingkan reformasi politik untuk menghadapi masalah tersebut.

"Pemerintah rakyat tidak boleh melupakan kata 'rakyat' dan kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk melayani masyarakat, tapi tidak mudah agar semua pejabat pemerintah melakukan ini, di beberapa tempat ini tidak berjalan dengan baik bahkan di tempat lain itu dilakukan dengan sangat buruk," kata Xi kala itu.

Merakyat

Sambil menyerukan 'peremajaan hebat' Tiongkok sebagai kekuatan dunia, Xi menumbuhkan citra pribadi sebagai seseorang yang sopan dan membeli roti kukus untuk dirinya di toko biasa.

Setelah bercerai dari istri pertamanya, Xi menikahi Selebritas Soprano terkenal, Peng Liyuan, pada 1987 hingga mendapat seorang putri, Xi Mingze, yang sedang belajar di Harvard tanpa diketahui publik.

Akan tetapi di tengah semua perilaku 'merakyatnya' Xi tergolong keras terhadap masyarakat sipil dan kebebasan berbicara yang berpotensi menimbulkan citra buruk bagi dirinya.

Seorang pengguna media sosial yang berani membandingkan citra Xi dengan Winnie the Pooh telah dihapus dengan cepat dan seorang laki-laki yang menyebutnya sebagai 'Steamed Bun Xi' dipenjara selama dua tahun. (AFP/OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya