Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
TIONGKOK menyambut baik pengumuman bersejarah pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dengan pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un yang dirilis kemarin. Negara itu menilai langkah itu sebagai keberanian politik dalam mewujudkan denuklirisasi di Semenanjung Korea.
"Kami menyambut baik sinyal positif dari AS dan Korut untuk melakukan dialog secara langsung," ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Geng Shuang dalam konferensi pers reguler.
Dengan begitu, lanjutnya, masalah nuklir di Semenanjung Korea akan bergerak ke arah yang benar. "Kami berharap semua pihak dapat menunjukkan keberanian politik dan membuat keputusan politik yang tepat," imbuhnya.
Saat ditanya kemungkinan Tiongkok menjadi tuan rumah pertemuan tersebut, Geng menjawab menjawab secara diplomatis. "Peran kami dalam mengurangi ketegangan sangat diperlukan," ujarnya. Di bawah tekanan Trump, Tiongkok akhirnya bersedia mendukung serangkaian sanksi PBB terhadap Korut.
Sebagai balasannya, Tiongkok yang telah lama mendesak agar AS bertemu dengan Korut, meminta agar 'Negeri Paman Sam' meredam pertikaian mereka secara langsung. Sebelumnya, dalam kunjungan ke Gedung Putih pada Kamis (8/3), Penasihat Keamanan Nasional Korea Selatan (Korsel), Chung Eui Yong mengumumkan pertemuan pertama antara Trump dan Kim akan berlangsung pada akhir Mei 2018.
Chung berangkat ke Washington setelah melakukan perjalanan ke Pyongyang untuk bertemu dengan Kim. Setelah ke Washington, Chung akan pergi ke Tiongkok dan Rusia.
Dengan beredarnya kabar pertemuan antara Trump dan Kim, beragam pandangan muncul dari para analis. Salah satunya ialah keraguan karena persiapan hanya dilakukan dalam waktu singkat.
Untuk kesiapan AS sendiri, Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, mengaku pesimistis terhadap proses negosiasi tersebut. Pasalnya, saat ini Kementerian Luar Negeri AS kekurangan diplomat spesialis Korea.
Duta Besar AS untuk Seoul, Victor Cha, telah dikesampingkan karena penolakannya atas gagasan serangan AS terhadap Korut. Perwakilan Khusus AS untuk kebijakan Korut, Joseph Yun, telah pensiun pekan lalu. Di lain hal, diplomat Korut terkenal sebagai negosiator yang tangguh, namun ceroboh.
Selain itu, lokasi pertemuan juga menjadi sorotan. Beberapa kalangan menganjurkan tempat yang netral seperti Beijing dan Jenewa.
Sementara itu, menurut profesor dari Universitas Nasional Pusan, Robert Kelly, Trump selalu mencari publisitas. Dia menilai Trump dan Kim secara radikal sangat berbeda, tapi di satu sisi memiliki kemiripan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved