Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MUSLIM Sri Lanka mengaku takut akan adanya serangan susulan oleh Buddha Sinhala selama Shalat Jumat.
Walaupun darurat nasional dan jam malam telah diberlakukan untuk mengurangi kekerasan yang terjadi di Distrik Pusat Kandy akhir pekan lalu, kekhawatiran serangan akan berlanjut menghantui warga Sri Lanka.
“Saya hidup dalam ketakutan dan tidak dapat tidur sepanjang malam karena semua keluarga saya telah pergi untuk melindungi kami yang ditinggalkan di rumah,” ungkap Fathima Rizka, 25, warga Kandy.
“Polisi tidak melindungi kami, mereka hanya berdiri sementara serangan dilakukan... Kami tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,” lanjutnya.
Sejak Kamis (8/3) sebagian besar jalan raya di Kandy hanya dipenuhi polisi dan tentara seiring merebaknya kabar rencana serangan setelah Shalat Jumat tersebut.
Rizka mengungkapkan kabar itu menyebar di antara komunitas Muslim di Kandy.
“Ada aturan khusus yang dibuat masyarakat untuk memastikan orang-orang berdoa pada waktu berbeda sehingga perempuan dan anak-anak tidak ditinggalkan sendirian di rumah,” imbuhnya.
Sejak kekerasan terjadi, berulang kali aparat keamanan dituduh telah gagal menangkap pelaku serangan.
“Pemerintah mengatakan telah berbuat banyak untuk menindak massa tapi kenyataannya umat Islam tidak merasa dilindungi,” tutur warga lokal, Mohamed, 58.
Dia menaruh curiga ada oknum dalam posisi tinggi yang membuka celah massa melarikan diri setelah melakukan kejahatan terhadap komunitas Muslim.
“Kami harus mengambil tindakan sendiri untuk memastikan keamanan keluarga karena polisi sama sekali tidak menjaga,” lanjutnya.
Inspektur Jenderal Polisi Kandy, Pujith Jayasundra sendiri enggan berkomentar atas tuduhan tersebut saat dihubungi kekantornya dan stafnya meminta untuk menelepon kembali hari Jumat (9/3).
Pemerintah Sri Lanka diketahui telah menangguhkan layanan internet dan memblokir akses ke Facebook serta media sosial lainnya dalam upaya menghentikan kekererasan akibat berita palsu. (Al Jazeera/OL-7)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved