Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Jepang memperbesar kekuatan militer Amerika Serikat (AS) di negara itu untuk mengantisipasi eskalasi ketegangan di Semenanjung Korea. Meski begitu, pemerintah ‘Negeri Sakura’ itu tetap mengedepankan upaya damai dalam menghadapi situasi tersebut.
Hal itu mengemuka dalam perbincangan antara para jurnalis dari sembilan negara, termasuk Media Indonesia, yang berkunjung ke Jepang dengan sejumlah pejabat pemerintah serta para akademisi ‘Negeri Sakura’ itu di Kadena, Tokyo, dan Ishigaki, pekan lalu.
Seperti saat para jurnalis menyambangi markas Pasukan Bela Diri (Self Defense Forces) Jepang di Kadena, Prefektur Okinawa, pejabat di markas tersebut, Tatsuiya Kudama, mengatakan armada tempur AS di sana dalam waktu singkat akan merespons jika Korea Utara (Korut) menyerang negara itu.
Di Kadena, AS menempatkan Angkatan Udara (AU) ke-18 (US Air Force 18th Wing) dengan kekuatan antara lain sebanyak 54 jet tempur F-15 dan pesawat pengintai P-3C. Pangkalan AU tersebut berdiri di atas lahan yang luasnya 1,3 kali lebih besar dari Bandara Haneda, Tokyo, dan merupakan basis militer AS terbesar di Jepang. “Jumlah personel militer AS yang ditugaskan di Pangkalan AU Kadena sebanyak 18 ribu orang. Jumlah itu sudah termasuk dengan keluarga mereka,” kata Kudama. Selain di Kadena, AS memiliki basis militer di 15 lokasi lainnya, antara lain di Iwakuni, Sasebo, Shariki, Atsugi, Misawa, Yokosuka, Hanseri, dan Futenma.
Secara terpisah, Senior Coordinator for Japan-US Security Affairs, Shogo Toyota, mengungkapkan jumlah personel militer AS di Jepang akan ditambah sepanjang tahun ini. Namun, mengenai berapa banyak penambahannya, dia mengatakan belum bisa merinci hal itu.
Meski begitu, kata Toyota, sesuai kebijakan keamanan yang dianut Jepang setelah Perang Dunia II, negara itu telah berkomitmen untuk proaktif berkontribusi dalam perdamaian dunia. “Orientasi Jepang untuk perdamaian tidak akan pernah tergoyahkan,” jelas Toyota di Kantor Kementerian Luar Negeri Jepang, Tokyo.
Namun, pemerintah Jepang menilai tidak ada satu pun negara di dunia yang bisa mempertahankan kondisi aman dan damai tanpa berkoordinasi dengan negara-negara mitra. Karena itu, Jepang bekerja sama dengan AS melalui penempatan pasukan dan armada tempur untuk menjaga stabilitas negara itu dan kawasan Asia Timur. Selain itu, lanjut Toyota, ‘Negeri Sakura’ tersebut juga membentuk tiga kerja sama tripartit, yaitu sinergi Jepang-AS-Korea Selatan, Jepang-AS-India, serta Jepang-AS-Australia.
Kian nyata
Ancaman terhadap kedaulatan Jepang kini kian nyata. Menurut Sekretaris Jenderal Yaeyama Defense Association, Yoshiyuki Toita, ancaman itu datang dari Tiongkok dan Korut. Tiongkok mengusik lewat klaim atas Kepulauan Senkaku.
‘Negeri Tirai Bambu’ itu sejak 2012 mengerahkan kapal-kapal milik kelompok milisi Tiongkok memasuki perairan Senkaku. Tidak hanya itu, kapal Coast Guard serta kapal fregat dan kapal selam Angkatan Laut Tiongkok juga secara sengaja masuk ke wilayah Laut Senkaku.
Dia melanjutkan, ancaman dari Korut berupa provokasi uji coba penembakan rudal balistik. “Salah satu rudal balistik Korut sengaja ditembakkan melintasi wilayah udara Ishigaki. Kami melihat saat rudal itu lewat di atas wilayah Ishigaki,” kata Toita di kantor Yaeyama Defence Association, Ishigaki.
Sementara itu, Research Director of The Cannon Institute for Global Studies, Kunihiko Miyake, menjelaskan langkah pemerintah Jepang menjalankan opsi militer untuk mengantisipasi ancaman serangan Korut sudah tepat. “Saya tidak mengatakan Korut akan menyerang. Namun, yang ingin saya sampaikan ialah opsi militer tidak bisa ditinggalkan dan harus menjadi salah satu bagian dari strategi Jepang,” katanya. (Mhk/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved