Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Saudi, UEA Satukan Aliansi di Yaman

AFP/Hym/I-1
02/2/2018 06:21
Saudi, UEA Satukan Aliansi di Yaman
(AFP/SALEH AL-OBEIDI)

UTUSAN Arab Saudi dan Uni Emirat Arab terus mengupayakan perdamaian antara pasukan pemerintah Yaman dan kelompok separatis selatan di kota Aden, kemarin.

Upaya itu dilakukan menyusul pecahnya bentrokan mematikan antara kedua kubu dalam beberapa hari terakhir.

Saudi dan UEA merupakan dua kontributor utama bagi koalisi militer yang telah mendukung Presiden Abedrabbo Mansour Hadi sejak dia melarikan diri ke pengasingan di Riyadh pada 2015.

Kedua negara harus bekerja keras untuk mempersatukan aliansi pendukung Hadi Abedrabbo Mansour Hadi untuk menghadapi pemberontak Syiah Houthi yang menguasai Ibu Kota Sanaa dan sebagian besar wilayah utara.

Utusan dari kedua negara tersebut "telah bertemu dengan semua pihak terkait, menekankan pentingnya untuk mematuhi gencatan senjata ... dan fokus kembali pada upaya untuk menumpas Huthi," kantor berita resmi UEA, WAM, melaporkan.

"Situasi di Aden stabil dan semua pihak telah sepenuhnya mematuhi komunike yang dikeluarkan oleh koalisi Arab," Mayor Jenderal Mohammed bin Saeed al-Mughaidi dari Arab Saudi mengatakan kepada wartawan di Aden.

"Kerajaan dan Uni Emirat Arab memiliki tujuan bersama dan visi yang sama dan tidak memiliki ambisi."

Mayjen Mohammed Matar al-Khyeli dari UEA mengatakan, "Arab Saudi dan UEA berdiri bersama dengan orang-orang Yaman dan memimpin upaya rekonsiliasi di antara pihak-pihak Yaman."

Serangan mematikan kelompok separatis ke markas pemerintah pada Minggu (31/1) telah membuka sebuah front pertempuran baru dalam perang saudara yang menurut PBB telah menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Pada Rabu (31/1), pasukan yang dikerahkan di Aden membawa jeda dalam bentrokan mematikan yang telah menghentikan pengiriman persediaan bantuan yang sangat dibutuhkan selama berhari-hari.

Saudi dan UEA tidak melepaskan dukungan mereka untuk Hadi, yang tinggal di pengasingan di Riyadh, namun mereka secara mengejutkan gagal melakukan intervensi militer untuk mendukung Perdana Menteri Ahmed bin Dagher dan menteri lainnya yang terkurung di istana kepresidenan di Aden.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya