Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Oposisi Australia Pertanyakan Kebangkitan TPP

(AFP/Arv/I-2)
25/1/2018 03:45
Oposisi Australia Pertanyakan Kebangkitan TPP
(AFP PHOTO / POOL / FRANCK ROBICHON)

PERDANA Menteri Australia Malcolm Turnbull, kemarin, memuji kebangkitan Kerja Sama Transpasifik (TPP) dengan menyebut kesepakatan itu akan meningkatkan lapangan kerja. Namun, kelompok oposisi di ‘Negeri Kanguru’ itu mempertanyakan keuntungan dari kesepakatan tersebut mengingat Amerika Serikat (AS) tidak ada lagi di dalamnya. TPP bangkit kembali setelah Kanada, kemarin, menyatakan sepakat bergabung dengan 10 negara lainnya. Turnbull pun menyebut hal itu akan sangat menguntungkan Australia.
“Ini merupakan sebuah hal besar,” ujar Turnbull. “Sebuah kesepakatan perdagangan besar yang sempat diyakini tidak terjadi setelah AS menarik diri pascaterpilihnya Presiden (Donald) Trump.”

“Kami merupakan pendukung adanya Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, pasar terbuka, pasar bebas, dan penanaman investasi yang akan menguntungkan semua negara di ka­wasan,” imbuhnya. Kesepakatan yang kini bernama The Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership mencakup Australia, Brunei, Kanada, Cile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam. Kesepakatan yang dijadwalkan diratifikasi di Cile pada Maret mendatang akan mencakup semua komitmen yang ada di TPP ke­cuali sejumlah masalah yang akan diputuskan kemudian.

TPP terlihat akan tamat pada tahun lalu setelah Trump menarik AS dari kesepakatan itu demi memenuhi janji kampanyenya. Saat Turnbull optimistis dengan kebang­kitan TPP itu, kelompok oposisi, Partai Buruh mengatakan bahwa kesepakatan baru itu sudah tidak menarik karena tidak adanya AS dan Canberra gagal membeberkan keuntungan yang didapatkan Australia dari kesepakatan itu. “Ini merupakan kesepakatan yang sangat jauh berbeda karena AS tidak ada lagi di situ,” ujar Menteri Perdagangan bayangan Jason Clare.
“Kesepakatan aslinya yang melibatkan AS mencakup 40% perekonomian global. Tanpa AS, kesepakatan itu hanya mencakup sekitar 13%,” tambahnya.

Patricia Ranald, peneliti senior dari University of Sydney, memperingatkan bahwa kesepakatan TPP yang baru akan menghasilkan hasil yang lebih minim ketimbang yang digembar-gemborkan Turnbull. “Akses ke Kanada dan Meksiko akan sedikit menguntungkan Australia. Namun, Australia telah menjalin kesepakatan dagang dengan negara-negara lainnya. Jadi, akses pasar yang didapat dari kesepakatan ini sangat minim,” ungkap Ranald. Ranald sejak lama mengkritik kesepakatan yang disebutnya mengizinkan korporasi melangkahi pengadilan dan hanya memberi perlindungan minim bagi tenaga kerja dan para pekerja migran. (AFP/Arv/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya