Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Mengenang 40 Tahun Revolusi di Negeri para Mullah

AFP/*/I-4
07/1/2018 07:53
Mengenang 40 Tahun Revolusi di Negeri para Mullah
(AP/EBRAHIM NOROOZI)

PADA 40 tahun silam, tepatnya Januari 1978, di 'Negeri para Mullah' dimulai upaya menggoyang pemerintahan monarki di bawah rezim Shah Mohammad Reza Pahlavi.

Seorang anak laki-laki, Mohammad Hassan Sharifzadeh yang berusia 8 tahun, menyaksikan bermulanya revolusi Islam yang di kemudian hari mengubah bentuk pemerintahan negara itu menjadi Republik Islam.

Hasan yang kini berprofesi sebagai pedagang merupakan salah satu saksi bergulirnya Revolusi Iran yang berlangsung pada Januari 1978 hingga Februari 1979.

Di usia yang masih muda, Hasan dengan keluguannya menyaksikan pemandangan yang sangat aneh di sebuah masjid kota suci Qom.

Saat itu, 8 Januari 1978, dia bersama dengan sang ayah sedang mengunjungi salah satu tempat tersuci di negara itu. Namun, keduanya terkaget-kaget melihat ulah seorang ulama senior melepas sorban dan melemparkannya ke tanah.

Ternyata alasan di balik perlakuan tidak layak terhadap simbol keagamaan tersebut ialah akibat sebuah artikel yang menyoroti Ayatollah Ruhollah Khomeini. Dia pemimpin revolusi yang akan membawa negara itu menjadi republik Islam. "Ulama itu sangat marah karena mereka telah menghina orang yang kami junjung tinggi," ujar Hasan. Setiap muslim Syiah di 'Negeri para Mullah' harus memilih Ayatollah sebagai anutan untuk diikuti dan diteladani.

Sebagian besar warga Iran secara politik memilih Ayatollah yang saat itu telah menghabiskan 13 tahun di pengasingan karena mengkritik secara pedas Pahlavi dan sekutunya, Amerika Serikat.

Aksi Ayatollah yang berani menentang rezim penguasa dipandang sebagai pemicu meletusnya revolusi 40 tahun lalu itu. Kini para penguasa Islam Iran menyiapkan sejumlah acara dan perayaan untuk secara khusus memperingati momen 8 Januari.

Biasanya mereka akan memamerkan keberhasilan dan kelanggengan rezim penguasa pengusung republik Islam. Meski banyak yang menyangsikan dan tidak memercayai rezim tersebut dapat bertahan lama, faktanya hingga kini Republik Islam Iran masih tetap berdiri.

Namun, belakangan, rezim penguasa sedang menghadapi gelombang cobaan yang berat. Pemerintah Iran berhadapan dengan aksi demonstrasi masif yang mengakibatkan beberapa demonstran tewas dan ratusan ditangkap.

Penguasa Islam Iran mencurigai Amerika Serikat sebagai dalangnya. Namun, banyak penduduk negara itu masih menyimpan prasangka terhadap Inggris.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya