Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.
PEMBERONTAK Houthi kian kuat mencengkeram Ibu Kota Yaman, Sana'a, kemarin, seusai membunuh mantan Presiden Ali Abdullah Saleh dan menangkapi para pengikutnya. Kekuasaan mereka juga tidak goyah meski terus digempur serangan udara koalisi Arab Saudi
Saleh dibunuh setelah aliansinya dengan Houthi runtuh pekan lalu. Mantan penguasa Yaman selama tiga dekade itu dicegat saat tengah melarikan diri dari kota itu bersama sejumlah pengikutnya sekitar 40 kilometer di selatan Sana'a.
Pemimpin Houthi Abdul Malik al-Houthi menyatakan kepuasannya atas keberhasilan pasukannya itu. "Hari ini merupakan hari kegagalan konspirasi dan pengkhianatan, sebuah hari kelam bagi pasukan agresi," ujarnya, Senin (4/12), tanpa menyebut langsung nama Saleh.
Pascapembunuhan Saleh, bentrokan-bentrokan kecil antara para pendukung Saleh dan milisi Houthi dilaporkan masih terjadi di distrik selatan Sana'a. Namun, bentrokan hebat yang mengguncang Sana'a seperti malam-malam sebelumnya tidak terjadi lagi.
Komite Palang Merah Internasional, kemarin, melaporkan bahwa bentrokan antara para pendukung Saleh dan pemberontak Houthi sejak 1 Desember lalu menewaskan sedikitnya 234 orang.
Pemberontak Houthi bergerak cepat untuk mengonsolidasikan kontrol mereka atas Sana'a. Mereka mendirikan pos-pos pemeriksaan baru di seluruh penjuru ibu kota itu. "Kami memaklumatkan dihentikannya operasi keamanan dan stabilisasi situasi," ungkap pejabat senior Houthi Saleh al-Sammad melalui stasiun televisi pemberontak Almasirah, Senin (4/12), malam.
Sammad mengatakan, dia telah memerintahkan pasukan keamanan untuk melakukan tindakan terhadap penyerang dan orang-orang yang berkolaborasi dengan mereka. Sejumlah penangkapan terhadap para pendukung Saleh juga dilaporkan terjadi.
Pembunuhan Saleh juga membuat kelompok pemberontak Houthi kian percaya diri. Mereka menggelar aksi massa kemarin siang untuk merayakan kegagalan menangkal rencana Saleh untuk berputar haluan bersekutu dengan koalisi Saudi yang mendukung Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi.
Di lain pihak, Hadi, yang mengasingkan diri di Saudi, meminta warga untuk bersatu melawan pemberontak Houthi.
Peringatan Iran
Kematian Saleh juga direspons koalisi pimpinan Saudi dengan membombardir Sana'a hingga menjelang fajar, kemarin. Sedikitnya tujuh serangan koalisi Saudi mengenai istana kepresidenan di lingkungan perumahan berpenduduk padat di jantung Kota Sana'a, kata saksi mata. Tidak ada laporan mengenai korban jiwa atau kerusakan.
Jalan-jalan dikosongkan menjelang malam, Senin (4/12), saat pesawat koalisi menukik rendah di atas kota yang dikuasai Houthi dalam tiga tahun terakhir atau sejak konflik berkobar 2014.
Perang Yaman telah menyebabkan ribuan orang tewas dan memicu krisis kemanusiaan paling buruk di dunia. Perang ini juga semakin memanaskan hubungan Arab Saudi dan Iran. Sementara itu, Presiden Iran Hassan Rouhani, kemarin, memperingatkan akan membuat orang-orang yang menyerang negara itu menyesali tindakan mereka.
"Orang-orang Yaman akan membuat para penyerang menyesali tindakan mereka," kata Rouhani dalam pidato di televisi. Komandan Garda Revolusi elit Iran, Mohammad Ali Jafari, mengatakan Saleh dibunuh karena berusaha untuk menggulingkan orang-orang Houthi.
"Pengkhianat Saudi berusaha menciptakan keresahan di wilayah tersebut atas perintah Amerika Serikat dan bekerja sama dengan Israel. Kami menyaksikan usaha mereka untuk melancarkan kudeta terhadap (orang Houthi) yang dicekik sedari lahir," kata Jafari. (AFP/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved