Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
"Kami tidak tahu apakah rumah kami masih ada di sana," kata Jamalia Pindaton, 29, Kamis (26/10), seraya memeluk putrinya yang baru berusia enam bulan di sebuah pusat evakuasi berlumpur di kawasan kebun kelapa di Balo-i, 20 kilometer (12 mil ) dari Marawi, Filipina selatan.
Pindaton mengungkapkan keadaannya sedang sulit, ditambah para pengungsi tidak punya penghasilan dan hanya bisa mengandalkan bantuan.
Lebih dari 350 ribu orang dari dalam dan sekitar Marawi mengungsi karena konflik antara kelompok Islamic State (IS), yang berakhir pada Senin (23/10) setelah militer Filipina membunuh anggota IS yang tersisa di sebuah masjid.
Namun, dengan separuh wilayah timur Marawi nyaris hancur total dan kekhawatiran akan bom yang ditanam oleh militan, pihak berwenang mengatakan bisa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sebelum kebanyakan orang dapat kembali.
Menurut pemerintah setempat, sejauh ini sekitar 10.000 penduduk Marawi telah diizinkan kembali ke rumah mereka, kebanyakan mereka yang tinggal di dekat Universitas Negeri Mindanao yang berada di luar zona pertempuran.
"Adapun sekitar 33.000 lainnya, yang rumahnya berada dalam daerah-daerah yang dikuasai, tetapi terhindar dari perang terburuk, akan menyusul minggu depan," ujar Kepala Kesejahteraan Sosial Regional Zorahayda Taha.
Komite Internasional Palang Merah, yang telah membantu pengungsi tersebut, memperkirakan antara 30.000-40.000 penduduk paling rentan memerlukan bantuan makanan, tempat tinggal, mata pencarian dan perumahan hingga beberapa tahun.
"Ini sesuatu yang sangat tidak biasa seperti yang kita lihat di belahan dunia lain, seperti di Timur Tengah atau bahkan di Afrika," kata Roberto Petronio, kepala ICRC di Filipina selatan, kepada AFP.
Bahkan bagi mereka yang telah berhasil pulang dalam beberapa hari ini, penjarahan yang meluas dan kehancuran umum di kota telah membuat mereka termangu.
"Pintu kami rusak dan saya menemukan pakaian kami berserakan di lantai. Persediaan makanan kami juga hilang," ujar seorang penjaga toko wanita Nurhana Sangcopan kepada AFP seusai dia memeriksa rumahnya di Distrik Mara Basi, Marais, Kamis (26/10).
Banyak pengungsi tinggal dengan saudara dan teman. Namun, puluhan ribu orang lainnya yang tidak memiliki kerabat atau sanak saudara, seperti Pindaton, terpaksa tinggal di pusat evakuasi sementara. Pemerintah mengatakan sedang membangun perumahan murah baru untuk kelompok ini.
Masalah utama lainnya ialah pendidikan. Universitas Negeri Mindanao dibuka kembali sebelum berakhirnya konflik. Namun, banyak siswa sekolah dasar dan siswa SMA tidak punya tempat untuk belajar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved