Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
TURKI, Selasa (10/10), mendesak Amerika Serikat (AS) menganulir keputusan untuk menghentikan penerbitan semua visa reguler di konsulat AS di negara tersebut. Desakan datang saat jaksa memanggil staf misi AS di Istanbul lainnya dalam sebuah krisis yang meningkat. Perselisihan, yang oleh para analis digambarkan sebagai yang terburuk di antara sekutu NATO dalam setengah abad, meletus ketika Turki menangkap seorang pekerja Turki yang bekerja di konsulat AS di Istanbul.
Ankara membalas penangguhan penerbitan visa nonimigran AS sebuah langkah yang dideskripsikan Presiden Recep Tayyip Erdogan sebagai ‘sangat, sangat menyedihkan’ dengan respons serupa terhadap warga ‘Negeri Paman Sam’. Kementerian Luar Negeri Turki memanggil wakil kepala kedutaan AS pada Senin (9/10), mendesak Washington untuk membatalkan keputusan visa mereka.
Kedutaan Besar AS di Ankara, Minggu (8/10), mengatakan pihak mereka akan menunda penerbitan visa untuk pariwisata, perawatan medis, bisnis, pekerja temporer atau studi, setelah penangkapan tersebut pekan lalu. “Di atas segalanya, keputusan ini sangat, sangat menyedihkan,” kata Erdogan dalam reaksi pertamanya atas keputusan tersebut, pada sebuah konferensi pers dengan mitranya dari Ukraina, Petro Poroshenko, di Kiev.
“Langkah duta besar AS di Ankara yang mengambil keputusan seperti ini, dan menerapkannya, merupakan sesuatu yang menyedihkan,” tambahnya. Duta Besar AS untuk Turki John Bass menegaskan, “Kami berharap keputusan ini tidak akan berlangsung lama. Namun, saat ini kami tidak dapat memprediksi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah ini.”
Gesekan itu diduga dipicu penangkapan warga Turki, Metin Topuz, yang bekerja di misi AS di Istanbul, Rabu (4/10). Topuz dituduh terlibat Organisasi Teroris Fethullah Gulen (FETO), dalang di balik percobaan kudeta tahun lalu di Turki. (AFP/Hym/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved