Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

PBB Rencanakan Bantuan Pangan Darurat untuk Rohingya

Irene Harty
27/9/2017 17:38
PBB Rencanakan Bantuan Pangan Darurat untuk Rohingya
(AFP)

PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyusun sebuah rencana darurat untuk memberi bantuan pangan kepada 700.000 pengungsi Muslim Rohingya dari Myanmar di Bangladesh setelah 480.000 pengungsi pada bulan lalu melarikan diri ke sana dan jumlahnya akan terus bertambah.

Kepala Deputi WFP (Program Pangan Dunia PBB) di Bangladesh, Dipayan Bhattacharyya mengatakan pihaknya siap untuk menyediakan makanan masif dan bantuan darurat lainnya jika memang pengungsi terus berdatangan.

"Semua badan PBB bersama-sama sekarang telah menetapkan rencana untuk masuknya 700.000 arus baru. Kami dapat membantu jika arus masuk baru mencapai 700.000," katanya pada Rabu (27/9).

Bhattacharyya mengatakan situasi kelaparan di tenda pengungsian telah meningkat saat bantuan pangan dari WFP dan lembaga lainnya sampai ke para pengungsi.

Rencana lainnya juga mencakup memberi bantuan ke sekitar 300.000 orang Rohingya yang berlindung di tenggara Bangladesh sebelum masuknya arus terakhir.

Itu berarti jumlah pengungsi hingga satu juta orang.

"Tidak ada yang akan diabaikan dari bantuan kemanusiaan," katanya. WFP mengakui akan membutuhkan sekitar US$80 juta untuk mengadakan bantuan tersebut.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi juga mengunjungi tenda-tenda pengungsian yang penuh sesak pada minggu lalu. Dia juga mengatakan Bangladesh membutuhkan bantuan internasional besar-besaran untuk pangan dan papan keluarga Rohingya.

Grandi mengapresiasi bantuan lokal yang luar biasa dan mengharapkan bantuan internasional yang lebih besar lagi. Seorang pejabat PBB memprediksi kebutuhan dana sebesar US$200 juta selama enam bulan ke depan untuk menangani krisis Rohingya.

PBB telah mengajukan permohonan darurat sebesar US$78 juta pada 9 September tapi Koordinator Residen PBB di Bangladesh, Robert Watkins mengatakan akan dibutuhkan lebih banyak karena eksodus terus tumbuh.

Rohingya telah melarikan diri dari negara bagian Rakhine di timur laut Myanmar selama beberapa dekade. Namun serangan mematikan pada 25 Agustus oleh militan Rohingya di pos polisi Myanmar memicu tindakan keras militer.

Bangladesh yang miskin sangat diapresiasi karena membuka akses untuk para Rohingya, mengurangi batasan untuk para kelompok relawan yang bekerja di sana, dan meminta US$250 juta dari Bank Dunia untuk mendanai bantuan darurat.

Di sisi lain, dalam pemaparan kepada media di kediamannya, Rabu (27/9), Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin mengungkapkan keprihatinannya atas krisis di Rakhine.

"Kami menyarankan adanya dialog sebagai solusi perdamaian di negara bagian Rakhine agar krisis kemanusiaan dapat dihentikan dan tidak terus berlanjut," imbuhnya.

Galuzin juga menyarankan pemerintah Myanmar untuk membuka akses kemanusiaan ke Rakhine dan bekerja sama dengan Palang Merah Internasional yang menolong para korban kekerasan di Rakhine. (AFP/OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya