Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
MYANMAR kembali menghadapi tekanan kemarin setelah citra satelit terbaru muncul dari desa-desa yang terbakar di Negara Bagian Rakhine. Citra satelit itu menimbulkan tuduhan militer secara sistematis mengusir muslim Rohingya.
Human Rights Watch mengatakan sebanyak 62 desa di wilayah mayoritas Rohingya telah menjadi target serangan pembakaran, dengan lebih dari setengahnya menunjukkan 'kerusakan bangunan yang luas'.
Sementara itu, tim Amnesty International telah menemukan bukti baru terkait dengan tindakan bumi hangus berskala besar di seluruh Negara Bagian Rakhine Utara.
Mereka telah mendeteksi setidaknya ada 80 kebakaran berskala besar di daerah-daerah yang berpenduduk di wilayah Rakhine sejak serangan 25 Agustus lalu.
Analisis yang dilakukan Amnesty International terhadap data deteksi kebakaran, citra satelit, foto, dan video dari lapangan, serta wawancara dengan puluhan saksi mata di Myanmar dan di perbatasan Bangladesh, menunjukkan adanya pembakaran sistematis yang disengaja dan menargetkan desa-desa warga Rohingya di Negara Bagian Rakhine Utara dalam kurun kurang dari tiga pekan.
Amnesty International juga menemukan citra satelit dari jalur Desa Inn Din, sebuah daerah yang dihuni etnik campuran di Maungdaw Selatan, yang dengan jelas menunjukkan bagaimana rumah orang-orang Rohingya dibakar habis, sedangkan wilayah non-Rohingya tampak baik-baik saja, tidak tersentuh.
"Buktinya tidak terbantahkan. Pasukan keamanan Myanmar membakar Negara Bagian Rakhine Utara agar orang-orang Rohingya keluar dari Myanmar. Sebagai penekanan, ini pembersihan etnik," kata Tirana Hassan, Direktur Penanggulangan Krisis Amnesty International, melalui rilis pres, kemarin.
Lebih lanjut, Hassan mengatakan ada pola kekerasan yang jelas sistematis di sini.
Pasukan keamanan mengelilingi sebuah desa, menembaki orang yang melarikan diri dan panik, dan membakar rumah hingga rata dengan tanah.
"Secara hukum, ini melarikan dan kemudian membakar warga sipil. Ini kejahatan sistematis terhadap kemanusiaan dan pemindahan paksa," papar Hassan.
Gunakan ranjau
Selain itu, peneliti Amnesty International Laura Haigh mengungkapkan adanya temuan lain, yaitu militer Myanmar menggunakan ranjau untuk melukai warga Rohingya.
Laura mengatakan salah seorang saksi mata yang diwawancarai Laura melihat militer Myanmar berpatroli di daerah perbatasan Myanmar-Bangladesh, dan melihat militer tersebut menggali sesuatu.
"Narasumber kami melihat militer mengeluarkan benda sebesar buah mangga, tapi warna hitam, lalu ditanam di dalam tanah. Ternyata itu ranjau," ujar Laura kepada media saat dihubungi melalui sambungan Skype di Jakarta, kemarin.
Pemerintah Myanmar telah menolak tuduhan-tuduhan tersebut. Mereka berkeras warga Rohingya membakar rumah-rumah mereka.
Pekan ini, pemerintah Myanmar mengatakan 176 desa warga Rohingya, yang berjumlah 40% dari desa di Rakhine, telah ditinggalkan penghuninya.
Sejak kekerasan meletus pada 25 Agustus lalu, 391 ribu warga Rohingya telah tiba di kota perbatasan dengan Bangladesh.
(AFP/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved