Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
SEDIKITNYA 71 orang termasuk 12 pasukan keamanan Myanmar tewas saat ge rilyawan Rohingya kemarin mengepung pos-pos perbatasan di Negara Bagian Rakhine utara. Itu merupakan jumlah korban terbesar dalam sehari sejak konfl ik bersenjata berkecamuk di wilayah tersebut pada tahun lalu. Pertempuran terjadi di sekitar Kota Rathedaung yang menjadi salah satu markas tentara Myanmar dalam beberapa pekan terakhir. Laporan dari wilayah itu menyebut telah terjadi aksi pembunuhan oleh kelompok-kelompok tak dikenal, pengepungan desa oleh tentara, dan kembali terjadi gelombang pengungsian menuju wilayah negara tetangga, yaitu Bangladesh.
Militer Myanmar menyebut se kitar 20 pos polisi diserang pa da dini hari oleh sekitar 150 ge rilyawan yang menggunakan senjata api dan bom rakitan. “Anggota polisi dan tentara Myanmar telah menahan balik serbuan dari para teroris Bengali tersebut,” ungkap panglima militer Myanmar, Min Aung Hlaing. Juru bicara kantor pemimpin de facto Aung San Suu Kyi mengatakan 12 pasukan tewas bersama 59 gerilyawan. Seorang warga Kota Maungdaw di utara Rakhine menyebut suara tembakan terus terdengar sepanjang malam. “Kami masih takut keluar ru mah karena suara-suara tembakan masih terdengar,” ujar warga yang tidak mau disebut namanya itu ketika dihubungi melalui telepon.
Kekerasan itu juga mendorong makin banyaknya warga Rohingya pergi mengungsi. Dua perahu berisi sekitar 150 perempuan, anak-anak dan orangtua, misalnya, berusaha menyeberangi Sungai Naf menuju Bangladesh. Na mun, upaya mereka gagal ka rena dihalangi pasukan perbatasan Bangladesh. Di sisi lain, konflik itu terjadi hanya beberapa jam setelah mantan Ketua PBB Kofi Annan mengeluarkan laporan tentang kondisi di wilayah Rakhine dan menawarkan solusi untuk mengatasi konfl ik sektarian di wilayah tersebut. Laporan yang diterbitkan atas permintaan pemerintah Myanmar itu mendesak dilakukannya pencabutan pembatasan perjalanan dan pembatasan pemberian kewarganegaraan yang se la ma ini dialami warga Rohingya di Rakhine.
Annan dalam pernyataannya mengatakan ‘sangat prihatin’ atas munculnya kembali pertempuran di Myanmar. Sementara itu, pejabat tinggi PBB di Myanmar, Renata Lok Dessallien, meminta semua pihak untuk ‘menghentikan kekerasan, melindungi warga sipil, dan mengembalikan ketenteraman dan pemberlakuan hukum’ di wilayah tersebut. Setelah bertahun-tahun mengalami persekusi, kini telah muncul kelompok militan Rohingya bernama Tentara Pembebasan Ro hingya Arakan (ARSA), yang mengklaim bermarkas di kawasan pegunungan May Yu yang berdekatan dengan Bangladesh. Akun Twitter kelompok itu membenarkan anggota mereka tengah berperang dengan militer Myanmar. (AFP/Arv/X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved