Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KEPINDAHAN fenomenal bintang sepak bola Neymar dari Barcelona ke Paris Saint Germain (PSG) ternyata merupakan salah satu serangan balik Qatar terhadap negara rival di kawasan Teluk. Qatar menyerang balik Arab Saudi dan sekutunya dengan permainan soft power kelas atas. PSG, yang dimiliki Qatar, resmi menggandeng pemain depan Brasil itu dengan nilai transfer fantastis. Dana sebesar 222 juta euro (sekitar Rp3,4 triliun) diguyurkan Doha untuk Neymar.
Angka itu sekaligus memecahkan rekor transfer dunia, dua kali lipat dari rekor sebelumnya. "Pengumuman transfer Neymar ke PSG dirancang di antara pejabat tinggi Qatar sebagai semacam strategi komunikasi yang akan menggeser perdebatan seputar semua isu lainnya, seperti terorisme," ujar Mathieu Guidere, ahli geopolitik Arab. "Selama berhari-hari hingga sekarang, tidak ada yang menyebutkan hal yang negatif, semuanya tentang transfer Neymar," ujarnya.
"Untuk saat ini, lawan Qatar lumpuh karena strategi itu. Pasalnya, tidak satu pun dari mereka memiliki tingkat pengaruh media di bidang olahraga internasional," imbuhnya. Hubungan Qatar dengan sepak bola internasional telah terjalin sejak beberapa tahun silam. Negara Teluk itu pun akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Transfer Neymar terjadi setelah Qatar dihantam krisis politik terburuk dalam beberapa dekade.
Dengan dipimpin Arab Saudi, sejumlah negara Teluk memutus hubungan dengan Doha sejak bulan lalu. Mereka menuding Qatar mendukung kelompok ekstremis dan menjalin hubungan erat dengan Iran. Qatar membantah tuduhan itu dan menyebut sanksi hanyalah untuk membawa emirat Doha tunduk kepada Arab Saudi dan sekutunya. Arab Saudi bersama Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), dan Mesir juga menarik duta besar mereka dari Doha dan memerintahkan seluruh penduduk Qatar keluar dari negara mereka.
Keempat negara itu kemudian secara terbuka mengeluarkan 13 daftar permintaan yang harus dipenuhi Doha sebagai syarat untuk mengakhiri isolasi. Dalam pidato pertama dan satu-satunya sejak awal krisis Teluk, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani secara terbuka mengatakan bahwa dirinya akan beralih ke sumber-sumber soft power di tingkat internasional.
Momen transfer Neymar mungkin merupakan kesempatan Doha untuk memanfaatkan soft power mereka. "Ini adalah aksi soft power. Qatar perlu menunjukkan kepada dunia bahwa terlepas dari semua tuduhan, Qatar ialah negara yang paling tangguh di Timur Tengah," ujar analis risiko politik Andreas Krieg dari King's College.
"Memiliki pemain terbaik dunia menunjukkan ke seluruh dunia bahwa jika teguh, Qatar masih memiliki aset terbesar untuk diambil dan jika dibutuhkan, mereka akan menggunakan uang yang dimiliki untuk melanjutkan agenda mereka," ujar Krieg.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved