Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Upaya Bertahan Maduro kembali Terbentur

(AFP/Haufan Hasyim Salengke/I-3)
04/8/2017 05:46
Upaya Bertahan Maduro kembali Terbentur
(AFP / JHONN ZERPA)

KURSI kepresidenan yang diduduki Nicolas Maduro tampaknya kian panas. Berbagai cara dilakukan pria berusia 52 tahun itu agar tetap memegang pemerintahan Venezuela. Sayangnya, semua langkah poliikus yang pernah menjadi sopir bus itu selalu terbentur kendala. Di tengah krisis ekonomi parah yang masih tidak pasti, Maduro sempat mendapat angin segar dengan hasil pemilu untuk anggota Majelis Konstitusi Nasional (NCA) pekan lalu. Dengan terbentuknya NCA, peluang Maduro tetap memegang pemerintah masih besar.

NCA yang dibentuk dan direncanakan siap disumpah pada Jumat (4/8) beranggotakan 545 orang. Anggota NCA di antaranya istri dan anak Maduro. NCA akan memiliki kekuatan membubarkan kongres yang dikuasai oposisi dengan membuat undang-undang baru. Sayangnya, keabsahan dan objektivitas hasil pemilu untuk NCA justru disangsikan. Pengamat internasional pun menyuarakan hal serupa. Serangan politik juga dilontarkan Jaksa Agung Luisa Ortega Diaz.

Luisa Ortega Diaz, jaksa agung yang dulu mendukung pemerintah, kini berbalik menjadi seteru Maduro. Bahkan Ortega Diaz menegaskan pihaknya telah menunjuk dua jaksa penuntut untuk menyelidiki ketua dewan pemilu nasional. “Mereka akan menyelidiki tindakan yang sangat bernuansa skandal, yang menimbulkan lebih banyak kekerasan di dalam negeri daripada apa yang sudah kita alami,” ujar Ortega Diaz, Rabu (2/8).

Maduro juga mendapat pukulan dari perusahaan teknologi Inggris, Smartmatic, yang dikontrak melaksanakan pemilu untuk memilih anggota NCA. Smartmatic mengatakan Maduro telah membesar-besarkan jumlah pemilih yang menyalurkan hak suara mereka. Sumber interal dewan pemilu mengatakan hanya 3,7 juta orang yang diyakini mencoblos hingga pukul 17.30 pada Minggu (30/7) lalu. Kenyataan itu menimbulkan keraguan bahwa 8,1 juta orang menyalurkan hak pilih mereka seperti diklaim rezim.

Smartmatic mengatakan dalam sebuah konferensi pers di London, Inggris, Selasa (4/8), angka resmi dari pemilihan itu ‘dirusak’ untuk membuat jumlah pemilih terlihat lebih besar daripada sebelumnya. Jaksa Agung Ortega Diaz mengatakan hasil telaah perusahaan itu hanya satu unsur dari sejumlah proses yang berlangsung curang, tak sah, dan tidak konstitusional. Ia menyebut sejumlah kecurangan itu diprakarsai sang penguasa sosialis Maduro.

“Kami menghadapi insiden serius yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang merupakan kejahatan,” kata Ortega Diaz kepada CNN. “Mungkin, data pemilih bahkan tidak mencapai setengahnya (jumlah pemilih),” ujar perempuan berusia 59 tahun itu. (AFP/Haufan Hasyim Salengke/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya