Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
ISU orientasi seksual seperti lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) tengah menjadi perbincangan hangat di berbagai negara. Tidak terkecuali di Singapura. Terutama setelah Register of Marriage (ROM) pemerintah negara Asia Tenggara itu membatalkan pernikahan satu pasangan sesama jenis. Pasangan yang tidak diketahui namanya itu menikah sebagai pria dan wanita pada Oktober 2015. Tidak sampai setahun, Juni 2016, sang suami memilih melakukan perubahan jenis kelamin menjadi seorang perempuan. Selama delapan bulan, pasangan itu melewati kehidupan sebagai suami istri sesama jenis hingga pernikahan mereka dibatalkan pada Februari 2017.
Itu bukan kasus pertama. Sudah ada dua kasus serupa yang dibatalkan ROM hingga saat ini. “Karena peniruan identitas oleh salah satu pihak,” begitu alasan yang diberikan juru bicara ROM terkait tiga pembatalan pernikahan tersebut. Namun, dirinya tidak menjelaskan secara spesifik dan hanya menekankan bahwa pernikahan di Singapura haruslah antara laki-laki dan perempuan. “Hukum Singapura tidak mengakui pernikahan yang kedua belah pihak memiliki jenis kelamin sama. Dalam pernikahan, pasangan harus laki-laki dan perempuan dan pastilah ingin tetap sebagai laki-laki dan perempuan dalam pernikahan,” tambahnya.
Kasus pasangan sesama jenis itu pertama kali dilaporkan situs berita Quartz bulan lalu. Semua terjadi ketika pasangan tersebut akan membeli apartemen HDB (Housing and Development Board) dengan subsidi sebagai pasangan suami istri yang mengharuskan keduanya melaporkan perubahan jenis kelamin sang suami. HDB akhirnya meminta pasangan itu menunggu dan masalah pun akhirnya datang. Pihak berwenang mempertanyakan status pernikahan keduanya yang tidak sah untuk mendapatkan apartemen subsidi dari pemerintah. Hingga akhirnya pada Februari, pernikahan mereka dibatalkan ROM.
Tidak hanya dibatalkan pernikahan, pasangan itu pun kehilangan hak atas apartemen subsidi. Keduanya akhirnya membeli sebuah flat yang ukurannya setengah lebih kecil dan lebih mahal daripada apartemen sebelumnya. Meskipun telah diminta untuk melakukan perubahan, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan negaranya belum siap untuk pernikahan sesama jenis karena masyarakat masih konservatif. Singapura pun masih mempertahankan UU yang berkaitan dengan peraturan kolonial Inggris yang menyatakan seks antara laki-laki merupakan tindakan kriminal meskipun tidak secara aktif diterapkan. (AFP/StraitTimes/Indah Hoesin/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved