Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Indonesia Siap Bantu Filipina

Haufan Hasyim Salengke
23/6/2017 07:40
Indonesia Siap Bantu Filipina
(AP/BULLIT MARQUEZ)

OTORITAS Filipina, Indonesia, dan Malaysia berencana bekerja sama untuk menghentikan aliran milisi, senjata, dana, dan propaganda ekstremis melintasi perbatasan negara mereka.

Ketiga negara menyatakan kekhawatiran serangan milisi di Marawi baru-baru ini bakal menarik anggota-anggota Islamic State (IS) dari Asia Tenggara.

Menteri Luar Negeri Filipina Alan Peter Cayetano dan rekan sejabatnya dari Indonesia dan Malaysia berkumpul di Manila, kemarin, untuk membahas rencana aksi bersama memerangi kelompok militan.

Pertemuan itu digelar di tengah pengepungan besar-besaran Kota Marawi di Mindanao, Filipina Selatan, oleh kelompok militan Maute yang mengklaim berafiliasi dengan IS.

Sedikitnya 369 orang tewas dalam serangan yang berlangsung sejak 23 Juni lalu.

Kelompok itu mulai kehilangan kontrol wilayah mereka di Irak dan Suriah sehingga banyak anggota kelompok yang berasal dari Asia Tenggara akan kembali.

"Kami perkirakan mereka yang terusir dari sana (Irak dan Suriah) akan ke Asia karena pemberontakan di Marawi, Filipina, bisa menjadi magnet," kata kepala staf militer Filipina Jenderal Eduardo Ano, yang ikut dalam pertemuan keamanan tertutup tiga negara itu.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengecam serangan di Marawi tersebut.

Dia mengatakan pemerintah Indonesia siap membantu.

"Tantangan yang Anda hadapi juga merupakan tantangan Indonesia dan seluruh kawasan," kata Menlu Retno dalam pidato pembukaan.

Dia mengatakan ancaman terorisme telah nyata dan tidak bertindak bukan merupakan pilihan.

Sebuah draf pernyataan bersama yang akan dirilis setelah pertemuan tersebut menyatakan 'keprihatinan atas insiden terorisme dan ekstremisme baru-baru ini di negara mereka' dan keinginan mereka merencanakan strategi bersama untuk memeranginya.

Laman the Philippine Star melaporkan Presiden Joko Widodo menelepon Presiden Rodrigo Duterte Rabu (21/6) malam untuk menegaskan kembali komitmen Jakarta terhadap kerja sama keamanan di tengah ancaman teror di kawasan.

Juru bicara presiden Ernesto Abella mengatakan pembicaraan telepon di antara kedua kepala negara produktif dan bermanfaat.

"Mereka berdua menegaskan kembali kebutuhan untuk meningkatkan kerja sama mengatasi ancaman yang ditimbulkan terorisme dan kekerasan ekstremisme," kata Abella dalam sebuah konferensi pers di Malacanang.

Duterte dan Jokowi menekankan pentingnya pertemuan trilateral antara Indonesia, Malaysia, dan Filipina yang akan diadakan di Manila.

Sesuai prosedur

Di Jakarta, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan bantuan operasi militer kepada negara lain harus dilakukan sesuai prosedur yang berlaku di negara masing-masing.

Hal itu diutarakannya saat menanggapi lampu hijau yang diberikan Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang mengizinkan Indonesia terlibat dalam operasi militer untuk menggempur IS di Marawi, Filipina Selatan.

"Presiden Duterte pun memberikan lampu hijau untuk mendapatkan bantuan dari negara lain, tapi tentu ada mekanismenya kan. Bantuan-bantuan itu, kerja sama dalam bentuk operasi-operasi militer itu tentu ada mekanismenya, ada prosedurnya. Ini sedang digarap," kata dia, kemarin. (AFP/AP/Nur/I-1)




Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya