Headline
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
RATUSAN orang mengangkat tangan mereka di atas kepala. Posisi mereka menghadap altar di Katedral Notre Dame, Paris, Prancis. Mereka bukan tengah melakukan penghormatan bagian dari ritual keagamaan, melainkan terjebak di situasi yang penuh kengerian. Para wisatawan asing itu tengah terperangkap di antara bangku-bangku gereja.
Suasana panik terjadi saat polisi melepaskan tembakan ke arah seorang pria yang membawa sebuah palu di luar katedral.
Katedral Notre Dame berada di tepi Sungai Seine yang berlokasi di jantung Kota Paris. Selama bertahun-tahun, katedral tersebut telah menyedot sekitar 13 juta pengunjung setiap tahun. Untuk dapat mengunjungi katedral yang menjadi salah satu ikon Paris itu, ribuan pengunjung dari mancanegara harus mengantre. Namun, saat terjadi aksi penyerangan oleh seorang pria, ratusan pengunjung panik dan kalang kabut.
"Mereka meminta kami untuk berdiam diri dalam bahasa Prancis, Inggris, dan Spanyol," ujar Nick, 42, wisatawan asal Amerika Serikat (AS) yang berlibur ke Paris bersama istrinya. "Saya takut, saya takut," ujar sang istri yang tampak gemetar sambil terus bersandar ke suaminya. Pasangan asal 'Negeri Paman Sam' itu tengah mengantre untuk masuk gereja ketika polisi menembak pria yang pembawa palu.
Seketika keributan terjadi, orang-orang mulai berhamburan. Saat itu, dua atau tiga letusan senjata api terdengar jelas. "Kami mendengar itu adalah seorang pria dengan palu. Kami berharap dia hanya orang gila, bukan seorang teroris," ujar Nick. Sementara itu, Andre Finot, manajer komunikasi Notre Dame yang tengah berada di lantai dua gereja, menyadari bahwa telah terjadi sesuatu ketika mendengar suara tembakan.
"Saya melihat tiga petugas mengelilingi seorang pria. Tembakan kedua terdengar dan pria tersebut jatuh ke tanah," ujar Finot yang sempat menyaksikan insiden tersebut. Petugas itu dilaporkan terluka ringan. Sebaliknya, pelaku yang diduga terkait dengan kelompok Islamic State (IS) langsung dilarikan ke sebuah rumah sakit.
"Tiba-tiba mereka menutup pintu, saya takut, saya pikir itu adalah bom," ujar Juan, turis asal Meksiko berusia 50-an, yang turut menyaksikan suasan panik di sekitar katedral.
"Tapi terima kasih Tuhan, kami dengan cepat diberi tahu bahwa itu bukan bom dan kami baik-baik saja," tambah Juan. Begitu pintu dibuka dan diizinkan pergi, para turis segera meninggalkan lokasi. Beberapa dari mereka masih terisak-isak saat berjalan keluar pintu gereja.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved