Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Peretas Rusia Sebabkan Isolasi Qatar

(Indah Hoesin/AFP/AP/X-7)
08/6/2017 00:30
Peretas Rusia Sebabkan Isolasi Qatar
(Menteri Luar Negeri (Menlu) Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani. AP/Thomas Samson)

PEJABAT intelijen Amerika Serikat (AS), Rabu (7/6), menuding peretas Rusia bertanggung jawab atas sejumlah berita palsu yang meyebabkan Arab Saudi dan beberapa sekutunya memutuskan hubungan dengan Qatar. Menurut laporan CNN, pakar FBI pernah mengunjungi Qatar pada akhir Mei untuk menganalisis dugaan serang-an siber yang membuat para peretas sukses melansir sejumlah berita palsu melalui kantor berita resmi Qatar.

Menurut laporan tersebut, Arab Saudi kemudian menggunakan berita itu sebagai alasan untuk memutus hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Qatar. Pemerintah Qatar sendiri telah mengatakan bahwa berita yang dilansir pada 23 Mei yang melaporkan kede-katan Doha dengan Iran dan mempertanyakan kelangsungan Presiden AS, Donald Trump, tersebut ialah berita bohong.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani juga telah mengatakan bahwa FBI mengonfirmasi peretasan tersebut. "Apa pun yang telah dilontarkan sebagai tuduhan semuanya didasarkan pada informasi yang keliru dan kami berpikir bahwa keseluruhan krisis ini didasarkan pada kesalahan informasi," ujarnya.
"Itu dimulai dari berita palsu, dimasukkan ke kantor berita nasional kami yang diretas dan itu telah dikonfirmasi FBI," tambahnya. Kantor komunikasi Qatar menyatakan pihaknya juga tengah bekerja sama dengan FBI dan Badan Keamanan Nasional Inggris untuk menyelidiki peretasan yang terjadi.

Dunia desak persatuan
Dari belahan Eropa, Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak persatuan di antara negara-negara Teluk dan menyampaikan kesiapannya untuk mendukung semua inisatif yang mendukung perdamaian. "Macron telah berbicara melalui telepon dengan pemimpin Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani dan menyampaikan kembali pentingnya kestabilan di kawasan dan menekankan kesiapan Prancis untuk terus berhubungan dengan semua pihak yang terlibat," ujar sebuah pernyataan dari kantor presiden Prancis.

Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga berdiri membela Qatar dan mengatakan keinginannya untuk meningkatkan hubungan dengan negara Teluk yang terkena sanksi dari Arab Saudi dan sekutunya tersebut. "Kami tidak berpikir sanksi terhadap Qatar adalah baik," ujar Erdogan di Ankara pada Selasa (6/6). "Turki akan terus dan akan meningkatkan hubungan dengan Qatar, seperti semua teman kami yang telah mendukung di masa paling sulit," tambahnya mengacu pada kudeta gagal yang melanda Turki tahun lalu.

"Menampilkan Qatar sebagai pendukung terorisme adalah tuduhan serius. Saya mengenal (pemimpin Qatar) dengan baik dan jika itu benar, saya akan menjadi pemimpin negara pertama yang melawan mereka," tegas Erdogan. Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga menyampaikan kesiapan untuk berkontribusi mendukung dialog.

"Menlu mengharapkan negara negara yang secara langsung terlibat dalam situasi ini mengedepankan dialog dan rekonsiliasi untuk menyelesaikan masalah. Dalam kaitan ini, Menlu menyampaikan kesiapan Indonesia untuk berkontribusi," demikian pernyataan dari Kemenlu Indonesia. (AFP/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya