Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Prancis dan Rusia Mulai Saling Terbuka

Irene Harty
31/5/2017 07:20
Prancis dan Rusia Mulai Saling Terbuka
(AFP)

PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Rusia Vladimir Putin berusaha memperbaiki hubungan tegang kedua negara melalui pembicaraan di Istana Versailles, Prancis. Pembicaraan itu dinilai Macron sebagai pembicaraan yang 'sangat jujur'.

Pertemuan pertama keduanya terjadi setelah Macron berjabat tangan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Kali ini, pertemuan lebih hangat digelar setelah keduanya bertemu selama 1 jam untuk memperingati 300 tahun kunjungan Tsar Peter the Great ke Versailles.

Keduanya meresmikan sebuah pameran untuk peringatan itu. Putin kemudian mengunjungi kompleks Katedral Ortodoks yang baru di pusat Kota Paris.

Putin mengakui ada perbedaan pendapat termasuk soal konflik di Suriah dan Ukraina. Namun, hal itu tidak menggoyahkan hubungan kedua negara. Hal itu dibenarkan Macron.

"Kami tidak setuju dengan sejumlah hal, tapi setidaknya kami mendiskusikannya. Prioritas mutlak kami ialah perang melawan terorisme dan pemberantasan kelompok teroris, khususnya Daesh (Islamic State/IS)," kata dia.

Macron menginginkan kerja sama lebih erat dengan Rusia untuk menyelesaikan perang enam tahun Suriah, titik temu Barat, dan pendukung rezim Bashar al-Assad itu.

Prancis menginginkan transisi demokrasi yang melindungi Suriah dan memperingatkan kelompok teror dari 'negara-negara gagal' di Timur Tengah jadi ancaman Barat.

Secara gamblang, Macron mengatakan penggunaan senjata kimia adalah garis merah yang akan direspons segera oleh Prancis. Sanksi Barat kepada Rusia tentang gangguan ke negara tetangga Ukraina dan campur tangan dalam kampanye presiden Prancis juga dibahas.

"Mungkin mereka peretas Rusia, mungkin memang tidak," kata dia merujuk pada tuduhan bahwa dua media, siaran RT dan Sputnik, pro-Kremlin, melakukan kampanye kotor saat itu. Putin disebut membela pesaing Macron, Marine Le Pen.

Macron juga waspada atas janji Putin ungkapkan kebenaran atas tindakan keras kepada pria gay di Chechnya yang dikendalikan Rusia. Dia juga tidak berniat membuat konsesi dengan Rusia soal konflik tiga tahun di Ukraina Timur, bahkan siap memperkuat sanksi dengan rekan-rekannya di G-7.

Ancaman lebih besar

Di sisi lain, senator Amerika Serikat John McCain menganggap kehadiran Putin jauh lebih mengancam keamanan dunia ketimbang kelompok ekstremis IS. Dia mengakui Trump juga membuatnya gugup.

Anggota Partai Republik itu menyebut campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS yang lalu merupakan bahaya bagi demokrasi.

"Saya pikir dia (Putin) adalah ancaman utama dan paling penting, lebih dari sekedar IS," kata dia ke Australian Broadcasting Corporation.

"Saya pikir IS bisa melakukan hal-hal yang mengerikan, tapi orang-orang Rusia mencoba menghancurkan demokrasi, untuk mengubah hasil pemilihan Amerika. Saya tidak melihat bukti mereka berhasil, tapi mereka mencoba dan masih berusaha. Mereka hanya mencoba memengaruhi hasil pemilihan Prancis," jelasnya.

McCain melihat Putin yang telah memecah belah Ukraina, negara berdaulat, dan menekan Baltik adalah tantangan terbesar. Kritikannya muncul setelah kontroversi intervensi Rusia dalma pemilihan presiden AS yang investigasinya dilakukan mantan Direktur FBI Robert Mueller. (AFP/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik