Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
UNTUK menghindari situasi perang di Suriah, sebanyak 13 anak perempuan melarikan diri melalui sebuah pertunjukan teater bertajuk Snow White and the Seven Dwarfs.
Bukan melarikan diri dalam arti sebenarnya, mereka melarikan diri dari pikiran dan mimpi buruk mereka sendiri. Berbulan-bulan mereka menghafal naskah dongeng klasik karya Brothers Grimm tersebut. Sampai akhirnya mereka tampil di depan penonton yang memadati sekolah dasar di Douma, Suriah. "Itu sangat sulit, tapi saya mengingat semua naskah dalam bahasa Inggris," ujar Afnan, seorang anak berusia 10 tahun.
Afnan memerankan tokoh antagonis utama dalam dongeng tersebut, sang ratu. "Ketika saya tampil, saya lupa perang yang tengah terjadi di Douma dan saya merasa bahagia dan penuh harapan," akunya. Kampung halaman Afnan adalah ibu kota de facto wilayah Ghouta Timur, sebuah daerah markas pemberontak terakhir yang tersisa di dekat Damaskus.
Sejak 2012, wilayah tersebut berada dalam kepungan pemerintah dan hingga saat ini terus menjadi target serangan udara dan artileri.
Anak-anak pun kerap menjadi sasaran serangan meski mereka hanya berjalan menuju pasar, bermain di luar rumah, atau berjalan ke sekolah. Jika di panggung ambisi sang ratu adalah kecantikan yang tidak terkalahkan, Afnan mengaku ambisinya sendiri masih berada di tempat lain. "Pelajaran dari teater ini ialah kecantikan ada di dalam hati dan jiwa Anda, bukan dalam penampilan! Saya ingin menjadi dokter. Saya ingin menjadi orang yang berani dan mengobati orang sakit," ungkapnya. Dengan dekorasi panggung yang berkilauan, teater tersebut bisa saja terjadi di sekolah mana pun di seluruh dunia.
Namun, di tengah pertunjukan, ruangan seketika bergetar. Tampaknya sebuah roket telah menghantam tepi kota. "Anak-anak ini tidak tahu bagaimana rasanya ketika tidak ada suara tembakan. Bagi mereka, suara bom dan tembakan adalah keseharian mereka," ujar seorang perempuan yang membantu mengatur panggung. Awal tahun ini, kelompok bantuan internasional Save the Children telah memperingatkan bahwa seluruh generasi anak-anak Suriah mungkin telah menderita trauma dan stres berat.
Oleh karena itu, bagi direktur kegiatan ekstrakurikuler sekolah, Yasser al-Assaad, teater adalah salah satu cara paling efektif untuk mengimbangi tahun pengalaman traumatis para siswa muda dan pembimbing mereka. "Saya mendapatkan kelegaan dari senyum seorang siswa," ujar Assaad. Pada 2015, Assaad juga menggelar teater Little Red Riding Hood dan dua tahun lalu murid-muridnya juga berperan dalam Beauty and the Beast. "Kami ingin mengirim sebuah pesan kepada seluruh umat manusia bahwa anak-anak Suriah dapat berkarya, bahwa kami terbuka untuk semua peradaban," ujarnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved