Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Kontroversi Mainan Penghilang Stres

(AFP/Haufan Hasyim Salengke/I-2)
26/5/2017 01:33
Kontroversi Mainan Penghilang Stres
((AP Photo/Carlos Osorio))

BERBENTUK mungil dan unik, sebuah mainan mirip baling-baling yang memiliki cabang tiga atau dua tengah digandrungi kalangan remaja masa kini di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Anak-anak sekolah di kedua benua tersebut, terutama yang membutuhkan ketenangan dan menghilangkan rasa bosan serta kecemasan, umumnya memiliki mainan yang dikenal sebagai fidget spinners itu. Seperti dimuat AFP, fidget spinners digunakan untuk menenangkan saraf, menghilangkan stres, dan meningkatkan konsentrasi.

Alat pemutar itu telah menjadi gawai populer di 'Benua Biru' dan 'Negeri Paman Sam' karena menyebar dengan cepat di sekolah-sekolah di sana. Namun, mainan tersebut ternyata memicu kemarahan dan kekhawatiran di kalangan guru di kedua sisi Atlantik. Beberapa bulan setelah fidget spinners nge-hit, beberapa sekolah telah melarang mainan itu. Hal tersebut memicu perdebatan tentang kesulitan yang dialami anak-anak dalam berkonsentrasi. "Fidget spinners muncul entah dari mana dan sepertinya setiap anak memilikinya," kata Meredith Daly, seorang guru kelas enam di sebuah sekolah umum di luar Phoenix, Arizona, AS.

"Anak-anak akan berkata, 'Oh, (alat) ini membantu saya tenang'. Saya sungguh tidak tahu harus berkata apa pada awalnya," imbuhnya. Daly mengakui mainan itu menciptakan suasana senyap. Masalahnya, Anda harus membuat fidget spinners tetap berputar-putar. "Itu terlalu mengganggu jika Anda mencoba mempelajari sesuatu yang baru," tegasnya.
"Jadi kita semua memutuskan, 'Tidak boleh ada fidget spinners. Benda itu harus tetap berada di ranselmu!'," seru Daly. Seperti banyak guru AS yang menumpahkan segala kejengkelan mereka di Twitter,

Daly hanya memberikan toleransi atas permintaan orangtua. Atau bila kebutuhan muncul, seperti yang sering terjadi pada anak-anak dengan masalah perhatian, hiperaktif, atau autisme tertentu. Sekolah lain di AS, Prancis, dan Inggris telah melarang mainan itu, bahkan saat sesi istirahat. Padahal, mainan itu disebut membawa pengaruh banyak pada anak-anak seperti Tom Wuesteberg. "Akan sangat membantu (kalau bisa memainkan benda itu di sekolah). Jika saya sedang berat melakukan tugas, saya mengambil fidget saya, melakukan sedikit putaran dan kemudian kembali mengerjakan tugas," kata anak berusia delapan tahun asal Belgia itu.

Noelle Cullimore, yang tinggal di Long Island bersama kedua anaknya, mengatakan alat itu membantu anak laki-lakinya yang berusia 10 tahun, yang memiliki attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), untuk relaks. "Dia memutarnya di halte bus atau di mobil. Itu benar-benar membuatnya tetap sibuk dan untuk sebagian besar itu baik untuknya."
Ternyata mainan itu juga dipakai orang dewasa. "Ini bukan hanya untuk anak-anak. Orang dewasa juga suka menggunakan spinners sebagai cara 'membakar stres'," kata Richard Gottlieb, CEO of Global Toy Expert.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya