Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Symantec Ungkap Peran Korut

24/5/2017 06:00
Symantec Ungkap Peran Korut
(Ist)

PERUSAHAAN antivirus asal Amerika Serikat (AS), Symantec, menuding kelompok peretas Lazarus yang terafiliasi dengan Korea Utara (Korut), bertanggung jawab atas serangan siber global wannacry yang terjadi pada awal Mei 2017.

“Dari analisis terungkap alat, teknik, dan infrastruktur yang di gunakan peretas sama seperti serangan-serangan Lazarus sebelumnya. Karena itu, sangat mungkin Lazarus berada di balik penye baran wannacry,” ungkap Symantec.

Menurut produsen antivirus tersebut, ransomware sudah menjadi ciri serangan peretas Lazarus, termasuk ke Sony Pictures pada 2014, serta pencurian jutaan dolar dari bank sentral Bangladesh.

Meski tidak menyebutkan hubungan kelompok peretas tersebut dengan Korut, Symantec mengungkapkan, sebelum serangan secara global pada 12 Mei lalu, versi wannacry telah digunakan dalam beberapa serangan yang terjadi tiga bulan sebelumnya.

Seperti diketahui, pada awal Mei lalu, sekitar 300 ribu komputer di 150 negara terkena serangan wannacry dan melumpuhkan sistemnya. Agar kontrol kembali dikuasai pengguna, peretas meminta tebusan berupa Bitcoin. Bank, rumah sakit, dan kantor-kantor pemerintahan menjadi korban. Pascaserangan wannacry, laporan berisi tudingan tentang keterlibatan Korut telah bermunculan.

Peneliti di AS, Rusia, dan Israel, termasuk yang menuding keterlibatan Korut. Peneliti Google, Neel Mehta, bahkan menunjukkan kesamaan antara wannacry dengan kode yang digunakan kelompok Lazarus dan diyakini terkait dengan Korut.

Namun, negara tersebut dengan tegas membantah semua tuduhan itu. Negara komunis itu malah balik menuding Korea Selatan (Korsel) dengan sengaja menyebar propaganda untuk menyudutkan Korut.

Di lain hal, sejumlah ahli menyebutkan Korut telah meningkatkan serangan siber dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan dana tunai dalam menghadapi sanksi PBB atas program nuklirnya.

Seperti yang dialami Sony Pictures Entertainment milik AS pada November 2014. Perusahaan itu menjadi target serangan siber terbesar dalam sejarah perusahaan-perusahaan di ‘Negeri Paman Sam’. Banyak pihak menilai serangan tersebut terkait dengan perilisan film Korut satire The Interview.

Saat itu, AS langsung menuding Korut berada dibalik serangan itu. Merespons tuduhan pemerintah AS, Korut dengan tegas membantahnya. Namun, negara itu mengeluarkan kecaman keras atas film The Interview yang mengisahkan rencana seorang agen CIA membunuh pemimpin negara komunis, Kim Jong-un.

Peringatan untuk mewaspadai serangan ransomware, sebenarnya telah dilontarkan perusahaan keamanan internet Korea Selatan, Hauri, pada tahun lalu. (AFP/Ihs/I-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya