Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
DI Indonesia, setiap terjadi akselerasi pertumbuhan ekonomi, lazim diikuti dengan meningkatnya impor. Hal itu disebabkan industri dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat sehingga keran impor harus dibuka.
Salah satu upaya untuk mengurangi impor tersebut ialah dengan memperkuat industri dalam negeri. Dengan industri yang kukuh, akan
terjadi siklus investasi yang membuka lapangan kerja dan diikuti meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Industri yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri secara otomatis berperan penting dalam menyubstitusi impor. Barang-barang impor bisa digantikan oleh produk produksi dalam negeri.
Hal itulah yang dilakukan Toyota Indonesia yang bertransformasi dari sekadar importir kendaraan bermotor menjadi industri perakitan kendaraan di Indonesia pada 1973 melalui PT Multi Astra.
Saat itu, Toyota antara lain berpartisipasi dalam program pemerintah untuk mengembangkan kendaraan serba guna. Hasilnya ialah produk yang kemudian dikenal khalayak sebagai Toyota Kijang dan tercatat sebagai kendaraan yang sangat populer dan digemari.
Sejak pengembangan generasi ke IV di 2004 yang dikenal sebagai Toyota Kijang Innova pada beberapa tahun lalu, kendaraan ini berhasil tampil sebagai salah satu produk global Toyota dari Indonesia dan menjadi salah satu andalan ekspor otomotif nasional.
Seiring dengan kian berkembangnya prospek industri otomotif nasional, melalui restrukturisasi usaha, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menjadi perusahaan yang khusus mengelola kegiatan investasi, produksi, dan ekspor. Boleh dikatakan, kehadiran TMMIN ialah untuk menjawab tantangan dan peluang pertumbuhan perekonomian nasional, khususnya di sektor otomotif.
“Kebijakan Toyota adalah membuat produk di mana pasar itu ada. Artinya, industri otomotif harus ada di sini (Indonesia). Industri harus dibangun melalui investasi. Investasi bisa ditarik oleh regulasi yang kompetitif,” kata Presiden Direktur PT TMMIN, Warih Andang Tjahjono.
Toyota pun terus menambah skala investasinya di Indonesia demi memenuhi kebutuhan pasar, baik pasar domestik maupun ekspor, yang semakin tinggi. Pada periode 2012 - 2014 Toyota termasuk rantai suplainya di Indonesia menambah investasi di Indonesia sebesar 13 trilun rupiah yang dipergunakan antara lain untuk pembanguan pabrik manufaktur kendaraan Karawang Plant 2. Dilanjutkan di periode 2015 - 2019, dengan komitmen penambahan investasi sebesar 20 triliun rupiah yang sebagian telah direalisasikan dalam bentuk pembangunan pabrik mesin berbasis aluminium, Karawang Plant 3, pengembangan model baru Fortuner, Kijang Innova, Sienta, dan pembaruan model Vios serta Yaris.
“Tantangan terbesar yang kita hadapi saat ini adalah bagaimana untuk mengurangi impor (bahan baku) dengan memperkuat industri hulu. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh satu brand otomotif saja, tetapi semua brand dan semua industri yang terkait.” ujar Warih.
Gandeng lokal
Toyota juga terus melakukan upaya untuk meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) kendaraan yang diproduksinya dengan menggandeng industri kecil dan menengah (IKM). Produk yang sebelumnya masih impor seperti baja untuk bagian frame dan inner panel, aluminium untuk velg dan plastik (resin), kini telah mampu dipasok perusahaan komponen lokal. Toyota terus melakukan upaya-upaya peningkatan kapabilitas supplier lokal di bawah koordinasi Kementerian Perindustrian untuk memperkuat industri hulu sehingga diharapkan material yang dipakai dalam proses produksi kendaraan sebanyak mungkin dapat diperoleh dari pemasok lokal.
Saat ini TMMIN didukung oleh 139 perusahaan pemasok komponen lokal lapis pertama. Operasi bisnis Toyota dari hulu hingga ke hilir termasuk rantai pasok hingga lapis ketiga melibatkan kurang lebih 130 ribu orang. Produk-produk TMMIN Indonesia kini memiliki tingkat kandungan dalam negeri yang tinggi antara 75%- 85%. Artinya, sebagian besar komponen yang digunakan ialah berasal dari perusahaan pemasok dalam negeri.
“Pendalaman struktur industri otomotif itu menjadi keharusan karena erat kaitanya dengan daya saing, peningkatan kandungan lokal, dan resistensi terhadap nilai tukar mata uang.” tutur Warih.
Dengan aktivitas ekspor yang dilakukan Toyota Indonesia sejak 1987, Toyota menjadi jembatan bagi IKM lokal untuk bisa menembus pasar ekspor. Ketika produk sebuah IKM telah sesuai dengan standar global Toyota dan masuk ke dalam rantai suplai Toyota, secara otomatis
produk IKM tersebut bisa diekspor melalui kendaraan utuh yang diproduksi oleh Toyota.
Tahun lalu ekspor kendaraan utuh bermerek Toyota mencatatkan rekor tertinggi yaitu hampir menembus angka 199.600 unit dengan destinasi ke 80 negara tujuan ekspor. Tidak hanya mengekspor kendaraan utuh, Toyota Indonesia juga mengekspor kendaraan terurai (CKD), mesin tipe TR dan NR, komponen kendaraan serta alat bantu produksi berupa die (alat bantu proses pengepresan) dan jig (alat
bantu proses pengelasan). (Gnr/S2-25)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved