Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

ECCT, Alat Pembunuh Kanker Buatan Warsito Diapresiasi Eropa

Antara
01/4/2017 13:32
ECCT, Alat Pembunuh Kanker Buatan Warsito Diapresiasi Eropa
(MI/PANCA SYURKANI)

ALAT terapi kanker, Electro Capacitive Cancer Treatment (ECCT) temuan Warsito Purwo Taruno semakin diakui oleh dunia medis di luar negeri, khususnya di Eropa.

Dari pengembangan alat terapi yang ditemukan Warsito tersebut, ilmuwan asal Indonesia dari European Association for Cancer Research (EACR) menciptakan alat terapi kanker Doktor Warsito Electro Capacitive Cancer Treatment (ECCT) yang membunuh sel kanker berbasis medan listrik.

"Penelitian saya tentang kematian sel kanker karena paparan medan listrik nonkontak dari ECCT," kata peneliti Indonesia dari EACR Firman Alamsyah yang memaparkan presentasi ECCT dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (1/4).

Firman memaparkan konsep alat terapi ECCT dalam konferensi ilmiah tentang kanker di Royal College of Physician, London, yang dihadiri oleh 280 peserta yang terdiri dari ahli immunoterapi, klinisi dan mahasiswa doktoral dari 25 negara.

Firman menjelaskan alat ECCT juga menginduksi respons sel imun atau sel kekebalan di sekitar jaringan sel kanker yang mati karena medan listrik. "ECCT punya potensi membuat 'cold' tumor jadi 'hot' tumor yang bisa dideteksi sel imun. Kanker tidak terlihat buat sistem imun karena sel kanker tidak mengeluarkan molekul signal yang bisa dideteksi oleh sel imun," kata Firman yang merupakan lulusan program doktoral multi disiplin sains di University of Tokyo.

Dia menjelaskan strategi yang dibuat oleh alat terapi imun adalah dengan teknik imun dengan membuat antibodi pada satu reseptor yang ada di sel kanker sehingga sel kanker bisa terlihat buat sistem imun.

"Fokus riset ECCT tidak jauh dengan immunotherapy yang sekarang berkembang di Eropa dan Amerika," imbuh Firman. Menurut dia, penelitian ECCT sangat menjanjikan untuk dilanjutkan dan harus terus didukung oleh pemerintah sehingga bisa menjadi solusi terapi kanker.

Penemuan brilian alat kesehatan anak bangsa ini sebelumnya ditolak oleh asosiasi kedokteran di Indonesia hingga penemu ECCT Warsito disebut-sebut meninggalkan Indonesia. Dugaan itu muncul pasca Warsito menulis tentang rencana kegiatannya di luar negeri selama beberapa waktu.

"Warsawa adalah kota kelahiran Marie Curie, fisikawan, penemu Polon dan Radon. Satu-satunya wanita yang meraih Nobel dua kali, pionir radio terapi 100 tahun lebih yang lalu. Sekarang, kami memulai pelatihan ECCT internasional pertama untuk pengobatan kanker dari tempat pertama kali Curie Institute of Oncology, Warsawa didirikan,” tulisnya, waktu itu.

Saat ini penelitian lanjutan mengenai ECCT sedang dilakukan di FKUI dengan dukungan pembiayaan dari Kemenristekdikti. Data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi kanker mencapai 4,3 per 1.000 orang pada tahun 2013, atau diperkirakan terdapat 1 juta orang penderita kanker.

Selain itu, menurut Firman, kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan untuk kanker saat ini baru bisa melayani 15 persen pasien yang ada di Indonesia dan kebanyakan terpusat di Pulau Jawa. Dengan penemuan alat ini, kemungkinan ke depan terapi kanker tidak harus dirawat di ruang khusus atau rumah sakit tertentu.(OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya